Ketika sedang nongkrong di pangkalan becak di kampung saya, iseng-iseng saya tanya ke beberapa tukang pengayuh becak yang sedang menantikan penumpang.
Pertanyaan saya seputar pencalonan Raja Dangdut Rhoma Irama sebagai Presiden.
Saya : “Kalau Rhoma Irama mencalonkan diri sebagai Presiden, apa sampeyan memilih ?”
Abang Becak 1 : “Seratus persen saya pasti memilih Bang Haji.”
Saya : “Kenapa memilih Bang Haji ?”
Sambil menyodorkan HP yang dipegangnya si Abang Becak itu menjawab, “lihat nih, semua lagu-lagunya Bang Haji saya koleksi didalam HP, tak ada lagu-lagu lain.”
Saya cuma manggut-manggut mendengar jawaban si Abang Becak itu. Saya pikir dia ini Penggemar Berat Rhoma alias PBR. Kalau sudah begitu percuma membahasnya apalagi menyangkalnya.
Lalu saya beralih kepada pengayuh becak berikutnya.
Saya : “Kalau Abang memilih Rhoma, nggak ?”
Abang Becak 2 : “Saya tidak cuma seratus persen, seribu persen malah, bilamana perlu seluruh keluarga saya; anak, istri, saudara, bapak, ibu, kakek, nenek, sampai tetangga dekat, akan saya ajak memilih Bang Rhoma.”
Saya : “Kenapa ?”
Sambil menunjuk ke arah rekan yang tadi saya tanya, ia menjawab, “kalau dia itu masih penggemar berat Rhoma. Kalau saya ini malah Anak Buah Rhoma Irama, biarpun cuma Rhoma tiruan atau Rhoma Palsu alias Rhompals.”
Ada-ada saja jawaban mereka. Yang satu mengaku anggota PBR (Penggemar Berat Rhoma), yang satunya lagi malah mengaku ABRI (Anak Buah Rhoma Irama).
Terlebih dari semua itu, kehadiran seorang Rhoma Irama di kancah politik negeri ini, apalagi sampai men-Capres, patut diperhitungkan, karena bisa saja sebagian rakyat negeri ini sudah bosan dengan para politikus yang berbau koruptif.