SELAMAT DATANG DAN BERKUNJUNG DI ISP 68 BLOG
Berpoligami Tak Harus Kaya - ISP68

Xticker

Merangkai Kata Merajut Asa

Definition List

   # 

Sabtu, 15 Maret 2014

Berpoligami Tak Harus Kaya

Kenalanku itu sudah tampak tua, hampir 60 tahun, sudah terlihat kerutan di pinggir kedua matanya. Bertubuh sedang tak terlalu tinggi, agak gemuk, tak juga terlalu ganteng, ini aku lihat dari sebuah album tua yang memuat foto-fotonya ketika masih remaja.
Di usianya yang sudah tergolong tua itu, kenalanku itu hanya berkerja menjadi tukang ojek, terkadang ikut beberapa temannya berbisnis kecil-kecilan.


Rumah yang menjadi tempat tinggal kenalanku itu pun tak terlalu besar. Bangunan dari kayu dengan halaman cukup luas itu, terdiri dari ruang tamu, dapur, dan ruang tidur untuk ke-4 istrinya yang tinggal serumah dengan anak-anak mereka yang berjumlah 6 orang.
Fantastis, hebat, cuma kata-kata itu yang pantas aku lekatkan kepada kenalanku itu. Seorang lelaki yang hidup tidak kaya, tapi sanggup berpoligami dengan 4 istri sekaligus.


Ke-4 istrinya itu menurut kenalanku tersebut, rata-rata berusia dibawah 30 tahunan. Mereka tampak rukun berkumpul dalam satu rumah dengan 1 orang kepala keluarga.

“Apa rahasianya ?” tanyaku suatu kali kepada kenalanku tersebut, ia hanya tersenyum mendengar lontaran pertanyaanku.

Pria kenalanku itu tak pernah bersedia membeberkan rahasia kenapa ia bisa berpligami sampai 4 orang, dan kumpul dalam satu atap.
Tak habis pikir aku terhadap kehidupan kenalanku itu. Kok bisa, padahal secara ekonomi dia hidup tak berkelebihan, seadanya saja seperti kebanyakan warga di sekitarnya yang tingkat ekonominya menengah ke bawah. Kesimpulanku adalah; untuk berpoligami seorang pria tak perlu menunggu banyak duit alias kaya. Karena secara logis seseorang yang berpoligami dapat dikatakan mampu dalam banyak hal, terutama kemampuan materi.


Itu kenalanku yang tidak kaya, tapi mampu berpoligami dengan 4 istri sekaligus.
Masih ada cerita lain soal poligami.
Pria lainnya yang juga berpoligami dengan 4 istri dalam satu atap adalah; seorang kerabat jauh dari mendiang ibuku. Pria ini, aku memanggilnya paman. Ia merupakan salah seorang kaya di daerah tempat ia tinggal.
Mulanya ia membuka sebuah toko sembako dan bahan bangunan dengan istri pertamanya. Semakin hari toko yang ia kelola itu semakin maju seiring dengan perkembangan dan pembangunan daerahnya. Tokonya menjadi salah satu toko yang memasok berbagai keperluan untuk beberapa perusahaan di bidang pertambangan.


Karena usaha toko yang semakin maju, pamanku itu memperkerjakan beberapa tenaga pria dan wanita. Tenaga pria ia perlukan untuk mengambil barang dagangan dan mengantar barang pesanan yang diperlukan pembelinya, serta untuk melayani pembeli di toko. Adapun tenaga wanita diperkerjakan untuk tenaga menghitung hasil transaksi dan kasir.
Entah kenapa beberapa lama kemudian pamanku itu menjadi tertarik dengan pekerja wanitanya, dan ia nikahi untuk menjadi istri keduanya.


Karena pekerja wanita sebelumnya ia jadikan istri, maka berganti dengan pekerja wanita yang lain. Pekerja wanita yang berikutnya pun kemudian ia nikahi pula, hingga ke pekerja wanita penggantinya. Jadi 3 orang pekerja wanitanya dinikahi. Paman pun tak lagi mengambil pekerja wanita yang lain untuk mengganti pekerja yang dinikahinya. Yang menjadi pekerja wanita di toko tersebut adalah ke-4 istri paman. hanya istri pertamanya yang berusia agak tua, lebih dari 40 tahun selisih 7 tahun lebih muda dari usia paman. Adapun ke-3 istrinya yang lain rata-rata masih berusia sangat muda, belum berusia 30 tahun.

Itulah 2 pria yang sama-sama melakukan praktik poligami. Yang seorang bukan karena kaya. Sedangkan yang seorang lainnya kaya, dan pantas mampu berpoligami.
Kesimpulan saya lagi; berpoligami tak mesti kaya, yang kaya ada yang berpoligami, dan intinya adalah asal sanggup berlaku adil dan hidup rukun.