SELAMAT DATANG DAN BERKUNJUNG DI ISP 68 BLOG
Catatan Jurnalis, Tanah Bumbu Dulu Gudangnya Tambang Liar - ISP68

Xticker

Merangkai Kata Merajut Asa

Definition List

   # 

Kamis, 10 September 2020

Catatan Jurnalis, Tanah Bumbu Dulu Gudangnya Tambang Liar

Ini catatan saya tentang perjalanan profesi yang saya jalani sebagai Jurnalis selama bertugas di Kabupaten Tanah Bumbu hingga sampai saat ini. Catatan perjalanan dari seorang Jurnalis dari mulai Tabloid, Koran Harian, Koran Mingguan, Majalah, Televisi hingga ke Media Siber (Online).

Saya secara efektif bertugas di Tanah Bumbu beberapa minggu setelah pelantikan Penjabat Bupati Tanah Bumbu, Zairullah Azhar oleh Menteri Dalam Negeri kala itu, Hari Sabarno, yang sekaligus tonggak sejarah berpisahnya sebagian wilayah Kabupaten Kotabaru menjadi Kabupaten Tanah Bumbu. 

Kabupaten Tanah Bumbu yang terbentuk dari beberapa kecamatan kala itu dengan pendapatan yang sangat minim dan keuangan pun masih ikut dengan kabupaten induknya. 

Namun dengan kepiawaian Penjabat Bupati, Tanah Bumbu perlahan bangkit, merangkak dan berdiri, mulai dapat membangun daerahnya secara perlahan.

- Maraknya Tambang Liar.

ilustrasi : jurnalsumbar
Yang paling saya ingat tentang Tanah Bumbu yang baru terbentuk dan menjadi kabupaten termuda di Kalsel bersama Kabupaten Balangan adalah; kala itu maraknya penambangan tanpa ijin atau biasa disebut PETI atau tambang liar. Ratusan penambang dari berbagai daerah di Indonesia datang mengadu nasib menambang batubara. Geliat perekonomian pun bangkit. Banyak fasilitas umum dibangun dari tempat hiburan, hotel, penginapan, rumah sewaan, salon, kafe, ruko dan lainnya. Para Orang Kaya Baru (OKB) pun bermunculan dengan penampilan tak kalah dengan orang kota. Mobil dan sepeda motor baru berbagai merk pun bersileweran di jalan-jalan Tanah Bumbu yang masih belum begitu mulus.

Selain maraknya tambang batubara ilegal, sisa-sisa aktivitas pembalakan liar pun masih terus beroperasi dengan puluhan penggergajian kayu atau sawmill, menambah lapangan pekerjaan saat itu cukup mudah dan penghasilan warga pun lumayan bagus selain ada pula warga yang berkerja di perkebunan.

- Ijin Tambang Mudah Diperoleh.

Maraknya aktivitas PETI membuat pihak Kepolisian sering melakukan operasi penertiban dan penindakan. Hampir di tiap Polsek ada saja alat berat hasil tangkapan dari operasi penertiban Kepolisian terhadap PETI.

Para penambang liar yang mulai gerah karena seringnya penertiban pun mendapat angin dengan dipermudahnya mendapatkan ijin tambang yang kala itu bernama KP (Kuasa Pertambangan) karena Dinas Pertambangan masih ada di kabupaten sebelum diambilalih Pemprop. Untuk mendapatkan KP ini asalkan punya sejumlah duit yang diminta oleh pihak Pemkab maka akan segera terbit tanpa proses yang berbelit, bahkan ada yang hanya dalam hitungan hari ijin KP sudah terbit.

Akibat dari mudahnya penerbitan KP di Tanah Bumbu, sehingga terbit ratusan KP yang diantaranya terdapat yang tumpang tindih lokasi.

- Tim P3B.

Banyaknya para penambang baik yang masih ilegal atau sebutan lainnya Penambang Spanyol alias Sparo Nyolong dan yang pegang KP, Pemkab Tanah Bumbu kala itu membentuk semacam Tim untuk pengawasan kegiatan dan pengiriman hasil tambang. Tim tersebut diberi nama Tim P3B yang merupakan singkatan atau akronim dari Pengawasan dan Pemeriksaan Pengiriman Batubara yang anggotanya terdiri dari beberapa dinas terkait, Kepolisian dan TNI. 

Tim P3B ini kerjanya mengurusi masalah pengiriman batubara yang diangkut  tongkang ke luar daerah. Setiap pengiriman batubara keluar daerah Tim P3B mengenakan semacam tarif per tongkang yang jumlahnya belasan juta rupiah. Untungnya kala itu keberadaan KPK masih ibarat kecambah atau taoge yang belum kuat untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, sehingga keberadaan Tim P3B di Tanah Bumbu cukup lama bertahun-tahun. 

Klik atau Tekan Saja Foto di Bawah Ini Untuk Pemesanan Langsung

Itulah sekelumit catatan perjalanan saya sebagai Jurnalis di awal-awal Kabupaten Tanah Bumbu berdiri sendiri.

Hingga kini tak sedikit warga yang bernostalgia mengenang masa-masa maraknya tambang batubara di Tanah Bumbu, dimana cukup mudah bagi warga memperoleh duit baik yang langsung terkait dengan kegiatan tambang maupun yang tidak karena terkena imbas dari para pekerja tambang yang membelanjakan uangnya. 

Ketika tulisan ini saya sodorkan ke seorang sahabat untuk meminta pendapatnya, sahabat saya itu mengatakan tulisan saya ini hanyalah merupakan semacam curahan hati alias curhat. Saya hargai pendapat sahabat saya itu, tapi bagi saya tulisan ini seperti slide foto yang masih jelas seperti terpampang di depan mata saya, dan ingatan saya masih segar tentang kondisi Tanah Bumbu kala itu. (ISP)