SELAMAT DATANG DAN BERKUNJUNG DI ISP 68 BLOG
Penjara Bukan Lapas Yang Bisa Bebas Narkoba - ISP68

Xticker

Merangkai Kata Merajut Asa

Definition List

   # 

Sabtu, 15 Maret 2014

Penjara Bukan Lapas Yang Bisa Bebas Narkoba

Seorang kenalan baruku yang membuka usaha penginapan untuk para penumpang kapal laut, mengeluhkan perihal seorang putranya yang selalu minta kirim uang.
Mulanya kupikir putranya itu sedang menuntut ilmu di tempat yang jauh, sehingga selalu minta kiriman uang. Ternyata, dugaanku tak jauh meleset karena masih ada hubungannya dengan menuntut ilmu.


Sejak hampir 2 tahun lalu putra kenalanku itu mendekam di penjara karena kasus narkoba. Padahal kenalanku tersebut adalah seorang janda, cukup tua, berumur sudah diatas 60 tahunan, yang mengandalkan penghasilan dan pemasukan dari uang penginapan yang tarifnya tak seberapa besar, serta ditambah pemasukan dari hasil calo tiket.
“Bisa cepat mati aku kalo begini terus-terusan. Sudah dalam penjara saja masih minta kirim duit hampir setiap hari,” gerutu kenalanku itu sambil menggaruk rambut panjangnya yang lebih banyak warna putihnya.
“Memangnya putra ibu minta kirimi duit untuk apa ?” tanyaku penuh selidik.
“Keperluannya macam-macam, untuk beli pulsa, rokok, makan, minuman, obat, bahkan di penjara pun bisa beli shabu,” ungkap kenalanku itu.



Kurasa waktu mendengar penuturan ibu itu, mulutku sedang ternganga karena heran. Aku membayangkan sebuah penjara yang tempatnya hanya diberi pagar agar penghuninya tak dapat keluar melarikan diri, tapi kehibupan dan aktivitas mereka tak beda dengan yang bukan sedang dipenjara. Pantaslah bila tak sedikit orang yang sering keluar masuk penjara, dan penjara bukan lagi menjadi tempat yang ditakuti. Karena kehidupan disana tak ubah dengan diluar penjara, apalagi sebutan penjara sudah cukup lama diganti menjadi Lembaga Pemasyarakatan (Lapas).

Sebetulnya sudah cukup lama aku mendengar kondisi Lapas yang berada di daerah kami, Lapas yang digunakan oleh 2 kabupaten yang berada di bagian tenggara pulau Kalimantan, yakni Kotabaru dan Tanah Bumbu di Kalimantan Selatan.
Menurut informasi dari berbagai media massa, Lapas Kotabaru menampung lebih banyak para pelaku Narkoba, dan kapasitas daya tampung Lapas itu sudah melewati batas, sehingga banyak narapidana yang dipindahkan ke Lapas lainnya di wilayah Kalimantan Selatan.


Didalam Lapas Kotabaru, menurut beberapa eks narapidana, nyaris setiap penghuninya bebas menggunakan perangkat ponsel untuk berhubungan dengan mereka yang berada diluar Lapas. Selain itu terdapat oknum yang menggunakan kesempatan untuk berjualan berbagai jenis obat-obatan terlarang kepada para narapidana, antara lain obat jenis Zenith dan Dextro, bahkan jenis shabu pun bisa masuk kedalam Lapas.

Perihal shabu dapat masuk kedalam Lapas itu, bukan hal aneh lagi, sering kali terdengar. Lapas justru dianggap tempat yang paling aman untuk transaksi dan peredaran narkoba.

Aku jadi teringat seorang teman lama yang masuk penjara karena kasus narkoba. Temanku ini tertangkap saat sedang berpesta shabu di rumahnya dengan seorang temannya, anggota polisi berpangkat Brigadir. Menurut seorang keponakannya, temanku itu dalam sebulannya menghabiskan puluhan juta rupiah di penjara hanya untuk menyalurkan hobinya memakai shabu. Untungnya temanku itu meninggalkan usaha yang cukup prospektif yang sepeninggalnya ke penjara diambil alih istrinya sebagai pengelola, sehingga urusan kiriman duit tak jadi masalah. Antara kondisi teman lamaku itu dengan kenalan baruku yang seorang janda tua pengelola penginapan, tentu sangat berbeda, yang jadi kesamaan dari keduanya adalah terkait dengan masalah narkoba.