Sejak menjelang pergantian milenium kedua, aktivitas pertambangan batubara oleh pengusaha lokal mulai menggeliat. Meski pada masa-masa itu aktivitas penambangan batubara banyak didominasi oleh para penambang tanpa ijin atau biasa disingkat PETI; penambang liar, illegal mining.
Sebelum adanya aktivitas penambangan oleh para pengusaha lokal, di wilayah Propinsi Kalimantan Selatan, aktivitas penambangan batubara dikuasai oleh para pemain besar; PT. Adaro Envirocoal di wilayah Kabupaten Tabalong dan Balangan, dan PT. Arutmin Indonesia di wilayah Kabupaten Tanah Laut, Tanah Bumbu dan Kotabaru.
Batubara dikirim keluar daerah.
Meski Propinsi Kalimantan Selatan kaya akan deposit batubara dengan produksi batubara puluhan juta ton per tahun, namun hanya sedikit sekali dimanfaatkan untuk kebutuhan lokal. Sebagian besar hasil produk penambangan batubara di Kalsel dikirim keluar daerah dan mancanegara. Andai saja tak didirikan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Asam Asam Kabupaten Tanah Laut, praktis batubara nyaris tak berguna bagi masyarakat Kalsel secara langsung.
Batubara Kalsel justru lebih banyak digunakan oleh PLTU untuk menerangi pulau Jawa, serta menggerakkan mesin-mesin industri disana. Ironis memang, daerah penghasil batubara, namun sangat sedikit dimanfaatkan untuk keperluan energi di tempat asalnya.
Batubara tak digunakan untuk pengganti BBM.
Kelangkaan BBM untuk berbagai keperluan masyarakat, terutama keperluan rumah tangga, apalagi dengan akan dinaikkannya lagi harga BBM, semestinya menjadikan batubara dilirik sebagai pengganti BBM alternatif.
Namun tampaknya batubara tetap belum dilirik oleh baik pemerintah daerah setempat maupun para pengusaha sebagai energi pengganti BBM yang semakin hari kian langka dan mahal.
Setidaknya batubara dapat dirubah menjadi briket untuk keperluan rumah tangga sebagai pengganti BBM jenis Minyak Tanah.
Tampaknya belum terdapat pihak yang benar-benar tertarik serius untuk memanfaatkan batubara untuk briket, yang tidak saja untuk keperluan rumah tangga, namun juga untuk menggerakkan produktivias industri.
Batubara yang banyak di Kalsel, selama ini hanya dimanfaatkan secara langsung oleh masyarakat; digunakan dengan cara dibakar untuk menghangatkan badan dan pengusir nyamuk oleh para pekerja di lokasi tambang.