Persamaan antara polisi dengan wartawan adalah, sama-sama dilegitimasi oleh Negara melalui Undang-Undang.
Perbedaannya sangat banyak, antara lain : polisi diberi seragam, pangkat, dipersenjatai, dan digaji pula oleh Negara yang nota bene adalah uang rakyat. Sedangkan wartawan, kalo yang bergaji, maka digaji oleh perusahaan media tempatnya bekerja. Wartawan yang tak digaji, maka cari sendiri.
Perbedaannya sangat banyak, antara lain : polisi diberi seragam, pangkat, dipersenjatai, dan digaji pula oleh Negara yang nota bene adalah uang rakyat. Sedangkan wartawan, kalo yang bergaji, maka digaji oleh perusahaan media tempatnya bekerja. Wartawan yang tak digaji, maka cari sendiri.
Ada lagi persamaan yang bisa dilakukan oleh polisi dan wartawan, yakni sama-sama bisa melakukan pemeraasan ataupun menerima suap terkait pekerjaan.
Tapi apakah kita pernah terpikirkan, bahwa untuk soal pemerasan dan terima suap, polisi lebih bejat dari wartawan. Alasannya adalah, polisi itu sudah mendapatkan berbagai macam fasilitas dan gaji dari uang rakyat, sedangkan wartawan digaji bukan dari kocek rakyat.
Tapi apakah kita pernah terpikirkan, bahwa untuk soal pemerasan dan terima suap, polisi lebih bejat dari wartawan. Alasannya adalah, polisi itu sudah mendapatkan berbagai macam fasilitas dan gaji dari uang rakyat, sedangkan wartawan digaji bukan dari kocek rakyat.
Makanya tak salah bila ada yang beruneg-uneg; polisi itu sudah mendapatkan segala keperluannya dari uang rakyat, tapi masih saja memusuhi dan menyakiti rakyat. Mestinya polisi lebih dituntut idealismenya sebagai pelayan dan pengayom rakyat yang sudah memberinya kepercayaan, ketimbang menuntut wartawan untuk berlaku idealis padahal rakyat tak memberinya “service”.
Wartawan itu dilegitimasi melalui UU Pers Nomor 40/1999, ibaratnya cuma diberikan pancing untuk cari tempat atau kolam yang banyak ikannya. Sedangkan polisi, tidak saja diberi pancing, tapi sekaligus ikannya, serta ditunjukkan sekalian tempat dan kolam yang sudah penuh ikannya.
Polisi yang kebetulan membaca tulisan ini, jangan marah, tapi coba direnungkan, tak semua polisi itu jelek namun oknum. Walaupun memang seperti kata Gus Dur, cuma ada 3 polisi jujur; Patung Polisi, Polisi Tidur, dan Polisi Hoegeng.
Adapun wartawan yang kebetulan juga membaca tulisan ini, sama, jangan tersinggung, juga jangan sedih atau malah bangga, tapi coba lakukan introspeksi, lebih baik kalau bisa kembali ke pengaturan awal :lol:
Adapun wartawan yang kebetulan juga membaca tulisan ini, sama, jangan tersinggung, juga jangan sedih atau malah bangga, tapi coba lakukan introspeksi, lebih baik kalau bisa kembali ke pengaturan awal :lol: