Idul Fitri; Ikut Orang Banyak Saja

Akhirnya harapan banyak teman dan kenalanku terkabul untuk sama berlebaran tahun ini tanpa ada sebagian yang duluan dan sebagian lainnya belakangan.

Sebagai orang awam, kebanyakan warga kami yang tinggal di pelosok, tahunya puasa itu wajib 30 hari. Dan yang dijadikan patokan untuk awal puasa dan berlebaran adalah ikut “orang banyak” yang identik dengan kaum Nahdliyin.
Bagi mereka yang biasanya menyambut lebaran lebih dulu daripada orang banyak itu, tak pelak lagi dituding sebagai pengikut Muhammadiyah. Ormas Islam yang satu ini di mata warga kampung seolah sebagai agama tersendiri, karena pertanyaan selalu mengarah kepada 2, yakni NU atau Muhammadiyah jika terkait Islam.

Yang namanya di kampung, begitu mendengar nama Muhammadiyah, tak sedikit warga yang mengernyitkan dahi dan berpandangan aneh. Mereka menganggap pengikut kalangan Muhammadiyah diluar kebiasaan orang banyak tadi dalam pelaksanaan ajaran dan ibadah Islam. Bahkan terdapat diantaranya yang mengira Muhammadiyah sama dengan Ahmadiyah.

Banyak stigma aneh yang dilekatkan kepada Muhammadiyah; pengikut Muhammadiyah tak mau melaksanakan acara kenduri (selamatan arwahan untuk orang meninggal) yang biasa dilaksanakan “orang banyak” itu dari 1, 2, dan 3 hari, dilanjutkan 7 hari, lalu, 25 hari, 40 hari, hingga 100 hari. Kemudian mereka juga merasa aneh terhadap pengikut Muhammadiyah yang tak melaksanakan upacara 7 bulanan bagi wanita hamil, shalat tak pakai ushalli, shalat subuh yang tak ber-qunut, dan lain sebagainya.

Kalimat yang sering terdengar dari kebanyakan warga di kampung adalah; “ikut orang banyak saja. Nenek moyang kita dari dulu melaksanakan itu semua, jadi tak usah macam-macam.”

Syukurlah tahun ini semua “orang banyak” itu ikut berlebaran berbarengan dengan para pengikut Muhammadiyah, sehingga orang banyak pun menjadi bertambah banyak.