Di tengah-tengah banyaknya persoalan yang sedang menimpa bangsa dan negeri ini, dari persoalan FPI yang ditolak masuk di Kalimantan Tengah, hingga kesaksian Angelina Sondakh yang dinilai banyak kalangan dia mengumbar dusta.
Lebih baik kita refresh dulu daripada ikut tegang memikirkan banyak persoalan yang jauh dari jangkauan dan kemampuan kita sebagai makhluk yang “the man on the street”.
Kalaupun kita mesti berpikir, pikirkanlah hal-hal yang terkait langsung dengan kondisi keluarga; kontrak rumah atau cicilan perumnas yang hampir jatuh tempo, kreditan mobil, motor, dsbnya, uang sekolah atau kuliah anak, persedian beras, minyak tanah, gas, dan banyak pernak pernik yang berhubungan dengan dapur, uang belanja anak dan tetek bengek lainnya yang tak terduga.
Kalaupun kita mesti berpikir, pikirkanlah hal-hal yang terkait langsung dengan kondisi keluarga; kontrak rumah atau cicilan perumnas yang hampir jatuh tempo, kreditan mobil, motor, dsbnya, uang sekolah atau kuliah anak, persedian beras, minyak tanah, gas, dan banyak pernak pernik yang berhubungan dengan dapur, uang belanja anak dan tetek bengek lainnya yang tak terduga.
Tak usah ikut memikirkan berapa utang negara, karena utang kita sendiri saja kita sudah setiap saat dan setengah hidup separo mati memikirkannya, belum juga lunas, malah semakin bertambah.
Tak perlu menghitung kerugian negara akibat Nazaruddin, Angelina Sondakh, dan para koruptor lainnya. Kerugian kita saja tak kita hitung; berapa uang yang telah dihamburkan di panti pijat, Tempat Hiburan Malam (THM), ke tempat prostitusi terselubung, memberi selingkuhan, atau dibelanjakan untuk narkoba dan miras dengan dalih kesenangan pribadi yang manusiawi (?)
Tak perlu menghitung kerugian negara akibat Nazaruddin, Angelina Sondakh, dan para koruptor lainnya. Kerugian kita saja tak kita hitung; berapa uang yang telah dihamburkan di panti pijat, Tempat Hiburan Malam (THM), ke tempat prostitusi terselubung, memberi selingkuhan, atau dibelanjakan untuk narkoba dan miras dengan dalih kesenangan pribadi yang manusiawi (?)
Ayo kita refresh kondisi kita yang sedang carut marut dengan bernyanyi walaupun sebenarnya kita tak patut melakukannya daripada harus berteriak-teriak menyaingi suara teriakan Tarzan di hutan rimba.
Untuk FPI dan Dayak, mari kita nyanyikan; ………..perdamaian, perdamaian, perdamaian, perdamaian. Banyak yang cinta damai…..tapi perang makin ramai. Banyak yang cinta damai……tapi perang makin ramai. Bingung, bingung tuk memikirkan.
Untuk FPI dan Dayak, mari kita nyanyikan; ………..perdamaian, perdamaian, perdamaian, perdamaian. Banyak yang cinta damai…..tapi perang makin ramai. Banyak yang cinta damai……tapi perang makin ramai. Bingung, bingung tuk memikirkan.
Nah, untuk Angelina Sondakh yang disinyalir menebar kedustaan dalam kesaksiannya, ayo kita beernyanyi; Jangan Ada Dusta Diantara Kita,…….semua terserah padamu, aku begini adanya. Kuhormati keputusanmu……apapun yang akan kau katakan……
Bagi yang bila bicara kurang pas melafalkan atau menyebut huruf “R”, ada lagu buat anda semua, tak perlu susah-susah berusaha melafalkannya. Simak lagu ini;
…..Satu satu, aku sayang ibu.
…..Dua dua, juga sayang ayah.
…..Tiga tiga, sayang adik kakak.
…..Satu dua tiga, sayang semuanya.
…..Satu satu, aku sayang ibu.
…..Dua dua, juga sayang ayah.
…..Tiga tiga, sayang adik kakak.
…..Satu dua tiga, sayang semuanya.
Tak perlu susah-susah berusaha melafalkan huruf “R”, karena memang pada seluruh syair lagu itu tak terdapat satu pun huruf “R”. Sama halnya bila anda menyebut ANGELINA SONDAKH dan AJIE MASSAID, tak ada huruf “R”, kecuali anda menyebut NAZARUDDIN. Selamat menyanyi tanpa huruf “R”.