Itulah pertanyaan yang pernah dilontarkan oleh seorang sahabat saya, suatu kali ketika kami sedang mengobrol tentang banyak hal yang terjadi di sekitar kami. Pertanyaan yang cuma ada 1 pilihan namun cukup menjebak karena harus disertai dengan berbagai alasan yang penjabarannya bisa panjang bahkan sangat panjang.
Setelah beberapa menit berpikir, saya menjawab, "Saya pilih ikut Fir'aun."
Kenapa ?
Pertanyaan teman saya berikutnya yang sudah saya duga. Karena tentu saja pertanyaan dengan jawaban akan disertai dengan mengemukakan alasannya pula.
Kenapa saya pilih ikut Fir'aun (Pharao, Ramesses II), bukan pilih ikut Nabi Musa AS (Alkitab; Moses) ?
Karena Fir'aun itu punya kekuasaan dan kekayaan, sedangkan Nabi Musa AS hanya memiliki 1 tongkat dan tak pandai bicara meskipun berilmu.
Sederhana kan ?
Dengan kekuasaannya seorang Fir'aun bisa berbuat apa saja, begitupun ditambah dengan kekayaannya. Seorang Fir'aun dengan kuasanya bisa membuat seseorang menjadi mulia dan sengsara. Dan dengan kekayaannya Fir'aun bisa membuat seseorang menjadi nyaman dan bahagia. Sedangkan Nabi Musa AS hanya dapat mempertontonkan mu'jizat dari tongkatnya yang bisa berubah menjadi ular, hanya mempertontonkan keajaiban dan decak kagum tanpa bisa memberikan kenikmatan yang dapat membuat yang melihat dan menontonnya menjadi kenyang apalagi kaya. Dan selebihnya Nabi Musa AS cuma bisa mengeluarkan kata-kata tentang janji-janji Tuhan untuk kehidupan setelah kehidupan dunia berakhir.
Waktu terus berputar dan berlalu tapi kejadian demi peristiwa akan selalu berulang dengan setting berbeda tapi lakon yang mirip bahkan cenderung sama di setiap jaman.
Tak terkecuali di jaman modern ini, lakon di jaman Fir'aun dan Nabi Musa AS muncul dengan versi lain namun dengan tempat dan ornamen yang berbeda tapi pada hakikatnya adalah sama.
Di jaman ini bermunculan tak sedikit duplikat Fir'aun begitupun yang sejenis Nabi Musa AS meski mereka bukanlah Nabi ataupun Rasul.
Para pemilik kuasa dan harta kekayaan bisa saja kita andaikan seorang Fir'aun yang jika dalam dirinya tak punya keimanan kepada Tuhan, lebih mengidolakan dunia, mempertontonkan arogansinya karena sukses mendapatkan berbagai kesenangan duniawi.
Para pemegang kuasa lebih riskan menggunakan kekuasaannya untuk bertindak selayaknya seorang Fir'aun; menciptakan tirani dan berbuat kezaliman. Dan para penguasa harta pun sama riskannya bisa bertindak yang sama, dengan kekuatan uangnya menggiring siapa saja untuk selalu menuruti keinginan dan ambisinya.
Para cerdik pandai, ulama, pendeta dan lainnya yang bisa diibaratkan adalah pewaris semacam Nabi Musa AS, meski kaya ilmu namun miskin harta dan tak punya kuasa; maka nasib mereka pun tak lebih baik dari Nabi Musa AS itu sendiri yang hanya memperoleh pengikut yang sedikit.
Fir'aun adalah jenis manusia yang memang diciptakan Tuhan untuk menerima takdirnya sebagai contoh manusia yang penuh percaya diri, karena saking percaya dirinya seorang Fir'aun mengaku dirinya adalah Tuhan. Mungkin dunia akan butuh waktu lama sehingga terdapat lagi seorang manusia macam Fir'aun yang mengaku dirinya Tuhan, yang lainnya yang sudah pernah ada adalah para manusia yang cuma berani mengaku diri mereka Nabi saja.
Sedangkan semacam Nabi Musa AS; manusia suci dan mulia jenis seperti ini pasti tak akan pernah diturunkan Tuhan lagi ke dunia terkecuali yang derajatnya sangat jauh di bawah derajat Nabi Musa AS. Hari ini dan seterusnya kita pasti akan menemui manusia-manusia sejenis Fir'aun meskipun mereka tak mengaku sebagai Tuhan tapi perlakuan mereka terhadap manusia lainnya kurang lebih sama dan mirip oleh apa yang telah dilakukan seorang Fir'aun. (03/01/21)