Sudah lama saya perhatikan banyak mobil dari berbagai tipe dan merk yang berbahan bakar Solar, antri panjang hampir setiap hari di dekat beberapa SPBU di kotaku di Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan.
Dan selalu saja saya dengar setiap harinya stok BBM jenis Solar sangat cepat habis di SPBU. Sehingga para pemilik mobil yang berbahan bakar solar terpaksa membelinya di penjual eceran yang harganya lebih mahal.
Penyebab sebenarnya kenapa stok Solar lebih cepat habis di tiap SPBU di kotaku, sudah lama kuketahui.
Penyebabnya tak lain adalah para “Pelangsir”. Ini sebutan bagi mereka yang membeli BBM dalam jumlah banyak di semua SPBU yang terdapat di kotaku.
Para Pelangsir BBM itu menggunakan mobil atau tank berkapasitas 20-25 liter. Tapi kebanyakan para Pelangsir menggunakan mobil yang tangkinya sudah dimodifikasi agar dapat menampung banyak muatan BBM. Mereka paling tidak dapat membeli Solar sedikitnya 50 liter di tiap SPBU yang di kotaku terdapat 4 SPBU. Jadi paling tidak tiap pelangsir bisa mendapatkan 200 liter Solar per hari.Dan selalu saja saya dengar setiap harinya stok BBM jenis Solar sangat cepat habis di SPBU. Sehingga para pemilik mobil yang berbahan bakar solar terpaksa membelinya di penjual eceran yang harganya lebih mahal.
Penyebab sebenarnya kenapa stok Solar lebih cepat habis di tiap SPBU di kotaku, sudah lama kuketahui.
Penyebabnya tak lain adalah para “Pelangsir”. Ini sebutan bagi mereka yang membeli BBM dalam jumlah banyak di semua SPBU yang terdapat di kotaku.
Adanya para Pelangsir tersebut disebabkan adanya aktivitas pertambangan batubara sejak 1 dekade lalu, dimana untuk keperluan mengoperasikan alat-alat tambang diperlukan BBM jenis Solar.
Para pengusaha tambang, untuk memperoleh Solar dengan cepat dan lebih murah dari harga industri, membelinya dari para pelangsir. Beberapa pelangsir mengungkapkan, mereka membeli Solar di SPBU dengan harga umum yang disubsidi oleh pemerintah, kemudian dijual ke para pengusaha tambang dengan keuntungan antara Rp. 2 ribu hingga Rp. 3 ribu per liternya. Bayangkan jika tiap pelangsir dapat 200 liter saja per harinya membeli di SPBU, maka keuntungan kotor mereka antara Rp. 400 ribu hingga Rp. 600 ribu. Dan ini terjadi tiap hari, apakah mereka tidak cepat kaya dari mencuri subsidi BBM lewat SPBU ?
Dan celakanya lagi banyak oknum polisi yang juga ikut mengambil kesempatan nyambi ikut “melangsir” dengan menggunakan orang lain.
Para oknum ini malahan dengan bebasnya tak perlu ikut antri. Sudah begitu orang-orang suruhan para oknum polisi yang ikut melangsir itu dapat membeli Solar lebih banyak, 100 hingga 200 liter di tiap SPBU.
Bahkan ada diantara para pelangsir yang menggunakan mobil berplat merah (dinas) untuk melakukan pembelian Solar dalam jumlah banyak melebihi kapasitas tangki standar. Mobil-mobil berplat merah itu berlalu lalang di tiap SPBU, saya meragukan keaslian plat merah yang digunakan mobil-mobil tersebut.
Nah, sudah tak perlu dibayangkan lagi, tapi dipastikan tiap hari Solar di tiap SPBU akan cepat kehabisan stok. Padahal menurut para pengelola SPBU, pihaknya setiap hari dapat pasokan antara 15 ribu sampai 20 ribu liter (untuk jenis Solar saja) dari Depot Pertamina yang berada di wilayah Kabupaten Kotabaru.
Ulah para Pelangsir di tiap SPBU itu tentu sangat menjengkelkan para pemilik kendaraan umum yang memang membeli Solar untuk keperluan sebagaimana mestinya. Dan pihak pengelola SPBU pun tak berdaya disebabkan adanya para oknum polisi yang juga ikut bermain.
Baru-baru tadi Polda Kalimantan Selatan membentuk Tim untuk melakukan penertiban di tiap SPBU yang terdapat di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu. Namun realitanya yang terjadi di lapangan tak jauh berbeda dari sebelumnya, para Pelangsir tetap saja eksis dengan kegiatan mereka.
Bila sudah begitu maka masyarakat sia-sia berharap akan mudah memperoleh BBM lebih murah dan dengan cepat di SPBU. Dan pihak Kepolisian pasti selalu akan sia-sia pula membentuk Tim Penertiban, yang saya pikir cuma untuk akal-akalan saja.