Suara di telpon itu terdengar sok akrab sekali. Mulanya tak kuhiraukan penelpon itu, karena namanya tak muncul di layar ponsel. Namun karena penasaran, aku angkat juga.
“Halo, lupa ya ? “Siapa ini ya ? “Masa lupa, kan situ pernah ke kantor saya ? “Kapan, dimana ? “Coba ingat-ingat, di Jakarta.”
Aku mencoba mengingat-ingat namun rasanya aku ketika berada di Jakarta sekitar tiga bulan lalu, tak ada berkunjung ke kantor apapun selain keluyuran ke beberapa mall. Namun sepertinya suaranya mirip dengan seorang teman.
“Ini Irfan, ya ?” “Nah gitu dong, masa sudah lupa teman.” “Kamu ganti nomor nih, Fan ?” “Iya mas, aku ganti, nomor yang dulu ga aktif lagi.” “Pantas kalo gitu.”
Meski mengaku sebagai temanku, kewaspadaanku tetap jalan.
“Kamu masih kerja di Metro TV, Fan ?” “Ya iyalah, mas.” “Terus ada apa ini kok nelpon saya, tumben ?” “Aku mau minta tolong, mas.” “Kira-kira apa itu ?” “Aku sedang ada keperluan mendadak. Aku minta tolong pinjam dana. Cuma pinjam sebentar, jam 00.00 malam nanti aku kembalikan.”
Kalau sudah bicara uang kupikir bukan perkara gampang main keluar aja.
“Gimana, Mas ?” “Waduh Fan, aku lagi bokek ini.” “Nggak banyak kok, mas.” “Iya, biar sedikit juga ga ada. Aku saat ini lagi benar-benar bokek.”
Si penelpon yang mengaku temanku ini terdengar suaranya memaksa. Aku jadi curiga dan sambil berpikir jangan-jangan orang ini cuma mengaku-ngaku temanku itu.
“Kamu takut ya pinjami aku ?” “Bukan takut, tapi memang aku ga ada uang. Kalau ada pasti kupinjami.” “Sedikit aja, dan cuma pinjam sebentar kok.”
Aku mulai sebal oleh nadanya yang terdengar memaksa. Untuk segera mengakhiri percakapan yang kuanggap buang-buang waktu ini, aku bilang nanti kalau ada duit akan kuhubungi. Tanpa menunggu lama aku putuskan hubungan telpon.
Aku mencari nama temanku Irfan di phone book ponsel. Aku temukan, tapi pulsaku tidak mencukupi untuk melakukan panggilan. Setelah isi pulsa, aku telpon Irfan. Pikiranku jika nomor Irfan tidak aktif, berarti benar yang nelpon tadi temanku. Ternyata setelah kutelpon Irfan, aktif. Kuceritakan perihal penelponku tadi. Temanku terkejut. Dia bilang dari dulu ia tak pernah ganti nomor telpon, dan tak pernah berpikir mau ganti.
Hampir saja aku tertipu jika tidak waspada. Kupikir kejadian yang kualami ini kemungkinan juga pernah dialami oleh orang lain. Nah, untuk itu kita mesti tetap waspada jika ada yang menelpon bersikap sok akrab, apalagi dengan dalih minta tolong pinjam dana. Para penipu tampaknya selalu menemukan modus baru untuk memangsa korbannya.