SELAMAT DATANG DAN BERKUNJUNG DI ISP 68 BLOG
Wartawan Berpistol, Why Not? - ISP68

Xticker

Merangkai Kata Merajut Asa

Definition List

   # 

Selasa, 04 Maret 2014

Wartawan Berpistol, Why Not?

Tindakan kekerasan dan premanisme terhadap pelaku jurnalistik kini kembali terjadi di negeri ini.

Amri Amrullah, salah Seorang wartawan harian Republika, dianiaya oleh seorang yang tak dikenal di sekitar kawasan Duren Tiga Jakarta Selatan sore tadi.

Amri Amrullah kala itu baru pulang dari liputan di kawasan JCC Senayan menuju kantor Republika. Ciri-ciri orang yang menganiaya Amri itu berumur sekitar 30 tahunan, berbadan tegap dan berambut cepak layaknya potongan “anggota”.

UU tentang Pers yang menyatakan wartawan atau pelaku jurnalistik mendapat perlindungan hukum dalam kegiatan tugasnya, ternyata hanya kata-kata yang tercantum diatas kertas yang disahkan oleh pemerintah. Nyatanya kita tak jarang mendengar ataupun membaca berita terkait perlakuan buruk terhadap para pelaku jurnalistik itu.

Posisi para pelaku jurnalistik memang serba salah, mengedepankan idealisme dalam melaksanakan tugas-tugasnya, akan menghadapi banyak musuh. Mereka yang menjadi musuh-musuh ini merupakan pihak-pihak yang borok keburukannya diungkap oleh media dimana para jurnalis atau wartawan bekerja.

Bagi para pelaku jurnalistik yang tanggung-tanggung memiliki idealisme dan setengah “cincai” terhadap pihak-pihak yang KKN, juga dikatakan salah, karena bisa dituduh merusak image dan reputasi profesi jurnalistik.

Saya jadi berpikir jika mengingat betapa riskannya menjadi seorang jurnalis, yang kadang dielukan dan diperlukan, namun di lain waktu sangat tak diharapkan kehadirankan. Bila mengingat pula risiko yang bakal dihadapi seorang jurnalis baik sedang bertugas atau tidak, rasanya tak berlebihan bila jurnalis dibekali alat untuk membela diri, misalnya senjata api berupa pistol apakah itu berpeluru tajam atau peluru berupa gas.

Mungkin ide mempersenjatai para jurnalis atau wartawan ini dianggap banyak orang sebagai ide yang berlebihan atau ide gila. Why not ? Saya mengetahui banyak orang sipil yang memegang senjata api, misalnya para pengusaha yang hanya karena mereka sanggup membayar. Padahal mereka yang memegang senjata api itu menurut saya lebih kepada ingin pamer bahwa bukan aparat negara saja yang bisa pegang senjata, tapi mereka yang punya duit banyak pun bisa. Padahal mereka yang pegang senjata api tersebut belum tentu urgen ataupun jiwanya terancam setiap saat.