SELAMAT DATANG DAN BERKUNJUNG DI ISP 68 BLOG
Berbahasa Banjar Dengan Baik dan Benar - ISP68

Xticker

Merangkai Kata Merajut Asa

Definition List

   # 

Senin, 17 Maret 2014

Berbahasa Banjar Dengan Baik dan Benar


Sebagai orang daerah, saya sangat mencintai bahasa ibu (mother tounge) yakni bahasa Banjar mayoritas digunakan oleh penduduk Kalimantan Selatan. Sekali lagi bukan saya menyepelekan bahasa Indonesia. Namun saya juga punya hak untuk tetap melestarikan bahasa ibu saya agar tidak punah oleh bahasa-bahasa lain. Karena bahasa ibu menurut saya merupakan identitas atau karakteristik satu suku bangsa.

Miris juga perasaan saya bila mendengar para anak muda dari etnis Banjar yang berbahasa campur aduk dengan bermacam kosa kata yang berasal dari bahasa lain. Tak sedikit dari mereka yang sudah lupa kata-kata asli dalam bahasa Banjar, misalnya saja; arai = pamer, hangkui = nyaring, tawak/himpat = lempar, hindau = sorot dengan cahaya, karindangan = kasmaran, dandaman = rindu, tulak madam = merantau, marista = merana, dan lain sebagainya.

Banyak lagu dalam bahasa Banjar yang dibuat oleh para seniman Banjar, namun syairnya pun campur aduk dengan bahasa Indonesia, sehingga sulit membedakan apakah lagu tersebut lagu Banjar atau lagu berbahasa Indonesia. Begitupun dengan syair Madihin (kesenian tradisonal Banjar yang diiringi oleh alat perkusi), bahasanya bercampur aduk pula dengan bahasa Indonesia.

Kondisi demikian tampaknya mesti mendapat perhatian serius dari para tokoh dan lembaga adat Banjar agar sesegera mungkin mengambil tindakan supaya bahasa Banjar tetap dapat terpelihara dan lestari. Satu diantara jalan menurut saya perlu memasukkan bahasa Banjar sebagai kurikulum wajib di semua sekolah di wilayah Kalimantan Selatan. Bila tidak, maka beberapa dekade ke depan bahasa Banjar bakal menjadi kenangan dan sejarah yang menyakitkan. Kalau ada istilah berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, maka saya mengimbau kepada “bubuhan Banjar” agar menggunakan bahasa Banjar dengan baik dan benar, atau “babasa Banjar nang bujur basa banua.”