SELAMAT DATANG DAN BERKUNJUNG DI ISP 68 BLOG
Makna Mimpi itu Ternyata........ - ISP68

Xticker

Merangkai Kata Merajut Asa

Definition List

   # 

Senin, 24 Maret 2014

Makna Mimpi itu Ternyata........


Entah kenapa pagi ini Talib tak langsung turun dari rumah. Ia berdiri lama di ambang pintu, menatap ke sekeliling rumah seolah tatapannya seperti sebuah kamera yang merekam semua yang dilihatnya.
“Kok belum turun juga, Mas,” tegur Tinah, istrinya dari belakang.
Talib cuma diam, tak menjawab teguran istrinya.
“Besok kita mesti bayar sewa rumah kontrakan ini,” lanjut istrinya.
Mendengar ini Talib pun turun dari rumah tanpa menoleh, tanpa berkata apapun ke istrinya.

Talib dan Tinah menikah belum setahun, belum dikarunia anak. Sehari-hari Talib menjadi penjaga parkir di pasar induk kabupaten yang lumayan ramai pengunjung.
Perkenalan keduanya ketika Talib membantu Tinah yang kemogokan sepeda motor di tempat parkir.
Talib yang sebetulnya tak begitu berani berhadapan dengan wanita, saat itu karena dipengaruhi Miras, mendapatkan keberanian ekstra untuk mendekati Tinah dan menolongnya. Dari situlah bermula keduanya saling kontak melalui ponsel hingga akhirnya menikah.

Di tempat parkir, Talib pun cuma duduk merenung.
“Kok melamun, Bro ?” tegur Kaspul, temannya sesama penjaga parkir.
Talib cuma melengos ke arah Kaspul, lalu kembali merenung.
“Ayo, kerja, jangan melamun aja,” Kaspul kembali menegur Talib.

Sejak Talib turun dari rumah, Tinah teringat mimpinya tadi malam, Ia mimpi Talib berpakaian serba putih diarak orang banyak seperti pengantin ke suatu tempat. Sebelum ia tahu tempat kemana Talib diarak itu, Tinah keburu terbangun oleh suara kokok ayam, hari menjelang subuh.
Padahal tadinya mimpi itu akan ia ceritakan kepada suaminya, namun Talib keburu pergi.
Tinah jadi bertanya-tanya sendiri dalam hati apa makna dari mimpinya itu. “Nanti saja mimpi itu akan kuceritakan ke Bang Talib, mungkin ia tahu maknanya,” gumam Tinah.

Mendapat teguran Kaspul, Talib pun ikut sibuk mengatur sepeda motor yang datang untuk parkir. Lumayan banyak pengunjung yang datang ke pasar induk, dan duit dari parkir pun jadi lumayan banyak pula.
“Lib, beli sepasang dulu,” pinta Kaspul agar Talib membeli sebotol alkohol dan sekaleng coca cola, Miras oplosan yang biasa mereka minum sambil mengatur parkir.
Tanpa bersuara Talib pun pergi memenuhi permintaan Kaspul.

“Pul, aku pinjam sepeda motormu, mau menemui teman sebentar,” cetus Talib ke Kaspul.
“Bawa aja tapi jangan lama, ini banyak yang parkir,” sahut Kaspul sambil mengeluarkan sepeda motor salah seorang pengunjung pasar dari lokasi parkir.
Talib tak menyahuti Kaspul, cuma suara sepeda motornya yang terdengar.

“Mana si Talib kok lama sekali bawa sepeda motor ?” gerutu Kaspul yang kewalahan sendiri mengatur parkir.
Barusan Kaspul menggerutu, seorang temannya menelpon, mengabarkan Kaspul mendapat kecelakaan.
“Dimana dia kecelakaan ?” tanya Kaspul di telpon.
“Ya, ya, aku segera kesana,” sahut Kaspul dengan raut muka cemas.

Kaspul tak lagi memperdulikan tugasnya memarkir. Bergegas ia minta antar ojek ke lokasi dimana Talib mendapat kecelakaan.
Setiba disana, banyak orang berkerumun, tampak 2 orang polisi sibuk melakukan olah TKP.
Tampak sesosok tubuh tergeletak di tepi jalan. Sebuah sepeda motor yang nyaris tak berbentuk, serta sebuah mobil dumptruk tak jauh dari sepeda motor tak jauh pula dari tubuh korban yang tertelungkup penuh bersimbah darah.

“Saya teman korban, pak,” ujar Kaspul ke salah seorang polisi di TKP.
“Kebetulan, tolong kabarkan kepada keluarganya tentang kecelakaan ini, korbannya tewas di tempat,” kata polisi itu.
Mendengar itu lemah lunglai seluruh persendian Kaspul. Ia tak lagi memikirkan sepeda motornya yang hancur, tapi nasib sahabatnya yang tragis, dan memikirkan mesti bagaimana mengabarkan kematian sahabatnya itu ke istrinya.

Menurut keterangan beberapa warga di TKP, sebelum kecelakaan Talib memacu sepeda motor dengan kencang, akan menyalib sebuah bis, namun dari arah berlawanan melaju pula dumptruk, Talib tak dapat menghindari dumptruk tersebut, brak !
Tinah langsung limbung, pingsan mendengar kabar kematian suaminya. Ketika ia siuman, di rumahnya sudah banyak orang berkumpul menghadapi sesosok tubuh yang terbaring ditutupi kain sarung bermotif batik. 
Masih tetap berbaring di kasur, Tinah memijit keningnya, “inilah rupanya makna mimpiku tadi malam,” gumam hatinya sambil membayangkan wajah suaminya yang telah meninggalkannya untuk selamanya.