Hampir setengah jam kukira perempuan tua itu berbicara dengan anak lelakinya melalui telpon genggam.
Suaranya yang agak keras mengundang perhatianku dan beberapa orang yang kebetulan lewat di depan sebuah penginapan sederhana. Aku kebetulan sedang duduk di teras penginapan, milik perempuan tua yang baru kukenal beberapa minggu lalu, aku sedang menunggu seorang teman dari luar kota yang akan aku inapkan disini.
“Memangnya anaknya sedang berada dimana ?” tanyaku penasaran kepada perempuan tua pemilik penginapan itu.
“Dia di Lapas di kabupaten tetangga,” jawab perempuan itu.
“Kok bisa telpon-telponan ?” sergahku heran.
“Apa saja bisa dilakukan di Lapas kalau ada uang, jangan cuma telponan, beli dan pakai narkoba juga bisa,” ungkap perempuan itu pula.
Mendengar jawaban perempuan itu aku tak tertarik menanyakan kasus yang menimpa anaknya sehingga masuk penjara. Yang jadi perhatianku adalah komunikasi antara Narapidana/pesakitan didalam penjara dengan yang diluar penjara.
Sama persis seperti yang dilakukan oleh istriku beberapa hari lalu. Aku mendengar istriku sedang berbicara melalui telpon dengan seorang sepupu perempuannya yang kutahu sedang menjalani hukuman di penjara karena penggunaan narkoba.
Menurut istriku hampir tiap hari ia berkomunikasi dengan sepupunya itu.
Pantas saja seorang bandar besar narkoba di kotaku yang ditangkap beberapa waktu lalu, terdengar kedapatan bisa menggunakan narkoba didalam tahanannya. Ia mendapat kiriman narkoba dari seorang temannya diluar tahanan, bagaimana mungkin kalau si bandar itu tak menggunakan alat komunikasi (ponsel) didalam tahanannya untuk menghubungi temannya agar mengirim narkoba. Terlepas ada atau tidaknya kerjasama antara petugas di tahanan/Lapas dengan para tahanan/Napi, mungkin juga lalai (tipis kemungkinannya), yang jelas tembok tahanan, Lapas, penjara, tak menghalangi sinyal ponsel masuk kedalamnya.
Anehnya saat aku dan istriku datang membesuk sepupunya di Lapas, para petugas disana meminta kami agar meninggalkan ponsel yang kami bawa untuk dititipkan kepada petugas penerima tamu. Padahal didalam Lapas kulihat begitu banyak tahanan yang menggenggam ponsel, bahkan ada diantaranya yang sedang telponan meski agak sembunyi.
Kupikir inilah kondisi negeri yang sangat banyak memiliki aturan tapi cuma dijadikan semacam hiasan dan objek mencari keuntungan oleh para oknum.