SELAMAT DATANG DAN BERKUNJUNG DI ISP 68 BLOG
Tatapan Mata Itu Menyimpan Sesuatu - ISP68

Xticker

Merangkai Kata Merajut Asa

Definition List

   # 

Senin, 24 Maret 2014

Tatapan Mata Itu Menyimpan Sesuatu


Pelantikan anggota DPRD dilakukan di lapangan terbuka pagi itu. Warga dari berbagai penjuru wilayah berdatangan untuk menyaksikan wakil-wakil pilihan mereka. Ini merupakan pelantikan anggota DPRD Periode Pertama di Kabupaten yang baru berdiri hampir 2 tahun lalu.

Diantara ribuan warga yang menyaksikan pelantikan itu, Ekawati datang bersama seorang temannya, turut berbaur dengan warga lainnya.
Tampak para anggota DPRD yang akan dilantik datang bersama istri masing-masing. Mata Ekawati menatap tajam ke arah seorang anggota DPRD; bertinggi sedang, kulit bersih kekuningan, berambut agak ikal, dan berkumis cukup tebal. Dia adalah Mawardi, datang bersama istrinya yang agak kurus, berkulit sawo matang, terlihat mulai menua, sangat kontras dengan penampilan suaminya.

“Istrinya tampak lebih tua dari suaminya,” cetus Erna, teman Ekawati begitu melihat istri Mawardi.
“Ya, memang. Istrinya lebih tua 4 tahun. Dia itu dijodohkan oleh orangtua mereka. Hingga kini mereka belum punya anak,” jelas Ekawati seperti sangat kenal dengan keluarga Mawardi.
“Berarti salah seorang dari mereka ada yang mandul,” sahut Erna.
“Pasti, salah satunya,” balas Ekawati.
“Ah sayang sekali, prestasi bagus tapi punya keturunan,” Erna seperti menggumam.
“Ya begitulah,” ujar Ekawati.
“Kamu sepertinya sangat mengetahui perihal mereka,” Erna agak curiga.
Ekawati tak menjawab, matanya tetap saja menatap ke arah Mawardi sambil senyum kecil.

Erna merupakan tetangga baru Ekawati di sebuah komplek perumahan. Ekawati baru sekitar lebih sebulan yang lalu pindah ke perumahan itu, sedangkan Erna sudah lebih duluan.
Suami Erna jarang pulang karena berkerja pada sebuah perusahaan tambang. Dalam sebulan suami Erna cuma berada di rumah beberapa hari. Erna yang belum punya anak, masih hamil sekitar 6 bulan.
Adapun Ekawati, hampir senasib dengan Erna. Hanya saja Ekawati memiliki seorang anak lelaki berumur lebih 3 tahun.

“Suamimu kok tak pernah kulihat datang, kerja dimana sih ?” tanya Erna.
“Nanti juga kamu akan tahu, dia kerja di tempat yang jauh, sama seperti suamimu,” sahut Eka sekenanya.
“Tapi masa tahan selama ini tak pernah datang-datang (?)” kejar Erna ingin lebih banyak tahu.
“Tahan lah, tidak penting, asal dia ingat aku sama anak, dan kirim ongkos,” balas Eka sambil tergelak.
“Yah, betul juga sih,” ujar Erna.

Dua hari yang lalu Ekawati menemui Mawardi di sebuah kamar hotel diluar kota. Ia datang sendiri, anaknya ia titipkan ke saudaranya.
“Pada pelantikanku nanti sebagai anggota DPRD, kamu hadir ya sayang,” kata Mawardi sambil mendekap dan membelai rambut Ekawati.
“Insya Allah Pap,” sahut Ekawati seraya mempererat dekapannya seolah tak ingin melepaskannya.
“Bagaimana keadaan anak kita, sayang ?” Mawardi menanyakan anak mereka.
“Dia sehat aja, sudah mulai agak nakal,” sahut Ekawati.
“Oh ya, biasa, namanya juga anak-anak,” ujar Mawardi sambil mencubit cuping hidung Ekawati.

Ekawati dan Mawardi menikah 4 tahun lalu. Mereka bertemu di sebuah restoran di kota propinsi, dimana Ekawati bekerja disana waktu itu. Meski ia sempat menolak Mawardi yang sudah punya istri, Ekawati akhirnya luluh dan menerima Mawardi yang sekian lama berumah tangga namun tak beroleh anak.

Dari kejauhan Ekawati hanya bisa menatap Mawardi yang sedang diambil sumpahnya sebagai anggota DPRD yang baru. Meski ia tak berada disamping Mawardi, tapi ia merasa bahagia turut menyokong dan mengantarkan suaminya itu kepada keinginannya. Terkadang ia merenungi nasibnya saat dalam kesendirian sebagai istri simpanan. Namun Ekawati tak pernah menyesali keputusannya. Baginya lebih baik jadi istri simpanan yang dinikahi daripada memiliki masa depan yang tak jelas. 

Ekawati sadar betul suatu saat keadaannya cepat atau lambat akan diketahui istri Mawardi. Jika suatu saat ia mesti terpisah dengan suaminya, cukuplah anaknya sebagai tanda ikatan mereka yang dimiliki Ekawati.