Praktik politik uang (money politic) untuk menyongsong Pemilu Legislatif April 2014, sudah bermunculan meski agak malu-malu.
Di daerah saya, para Caleg selain sudah memasang berbagai alat peraga, juga membagikan berbagai media untuk memperkenalkan dirinya ke para pemilih; kalender, kartu nama hingga SIM Card perdana yang kemasannya bergambar Si Caleg. Tak cuma itu, hampir rata-rata Caleg membagikan “sesuatu” untuk menarik minat dan simpati warga agar memilihnya, berbagi baju kaos, kerudung dan sarung.
Belum ada memang Caleg yang membagikan duit. Tapi mencetak kalender, kartu nama, pengadaan baju kaos, kerudung dan sarung, kita semua tahu itu pakai duit.
Beberapa Caleg menyatakan nanti beberapa hari menjelang pelaksanaan Pemilu; baru akan melakukan “serangan” dengan duit.
Saat ini dan untuk setidaknya 2 bulan ke depan, Caleg berserta Tim Suksesnya sedang sibuk pendataan target, simpatisan, maupun “bergerilya” membaur ke tengah-tengah warga agar dapat menjaring aspirasi dan keinginan warga terkait kriteria Caleg yang disukai dan diinginkan para pemilih. Selain itu para Caleg “memasang topeng” kebaikan agar tampak peduli, agamis, berempati dan bersimpati terhadap berbagai masalah calon pemilih.
Namun jika menilik ke beberapa alat peraga, para Caleg tampaknya malu-malu untuk tegas minta pilih. Kebanyakan sari para Caleg ini memohon “dukungan” kepada para calon pemilih, tak tampak yang tegas mencantumkan minta dipilih. Selain hanya minta dukungan, mereka juga mohon doa, mungkin maksudnya doa agar terpilih. Perihal mohon doa ini mengingatkan kita pada momen pernikahan ataupun perkawinan; mohon doa restu. Kemungkinan selain berdoa secara pribadi memohon kepada Tuhan agar terpilih, juga mengharapkan doa banyak orang, karena ada anggapan semakin banyak yang mendoakan, maka keinginan makin berpeluang untuk dikabulkan Tuhan.
*Foto : Dokumen Pribadi