SELAMAT DATANG DAN BERKUNJUNG DI ISP 68 BLOG
PKI Itu Adalah Murid yang Didamprat Guru - ISP68

Xticker

Merangkai Kata Merajut Asa

Definition List

   # 

Rabu, 02 April 2014

PKI Itu Adalah Murid yang Didamprat Guru


Hari itu di tahun 1985, kelas III IPS-1, SMA dimana kami menuntut ilmu, kedatangan seorang anggota Tentara yang mengenakan PDL (Pakaian Dinas Lapangan) lengkap dengan sepucuk pistol FN di pinggangnya.
Kami pun bertanya-tanya saling berbisik satu sama lain ada apa gerangan Tentara berpangkat Letnan Satu itu memasuki kelas kami dengan ditemani Wali Kelas.


Wali Kelas meminta seluruh murid kelas kami memasuki ruangan. Lebih dari 50 murid pun berkumpul dalam ruang kelas. Dari keterangan Wali Kelas akhirnya pertanyaan kami terjawab. Perwira Tentara itu adalah anggota Kodim setempat, datang ke kelas kami untuk keperluan “skrining” dengan tujuan ingin mengetahui pengetahuan dan pandangan murid terhadap PKI (Partai Komunis Indonesia). Selanjutnya si Letnan yang sudah cukup berumur itu memperkenalkan diri secara singkat kepada seluruh murid yang hadir.

Wali Kelas : “tiap murid akan mendapat pertanyaan dari pak Letnan.”

Seorang teman kami berdiri sambil mengangkat tangan, bertanya tentang pertanyaan apa dan bagaimana yang akan diajukan.

Perwira Tentara : “pertanyaannya mudah saja, akan disamakan kepada tiap murid terkait PKI, diajukan secara lisan, dan langsung dijawab.”

Meski Perwira Tentara itu mengatakan mudah, tak urung banyak dari kami yang tampak bingung. Saya bersikap santai saja. Dan saya pun meminta teman satu meja agar juga berlaku santai. Saya katakan ke dia kalau menjawab salah pun tak mendapat nilai.

Atas keputusan Wali Kelas, pertanyaan diajukan kepada murid menurut nama berdasarkan urutan alfabet, yang berarti akan dimulai dengan murid yang namanya dimulai dari huruf A berdasarkan daftar absensi.

Pertanyaan yang diajukan adalah; apakah Anda mengetahui apa itu PKI, dari mana dan dari siapa Anda mengetahui PKI, dan apakah PKI itu menurut Anda kejam ? Pertanyaan tersebut dituliskan sendiri di papan tulis oleh si Perwira Tentara.

Tiap murid pun dengan lancar menjawab pertanyaan tersebut. Kebanyakan menjawab mengetahui PKI dari buku sejarah, hanya beberapa yang menjawab mendengarnya dari orang bercerita. Dan sebagian besar pun menjawab PKI itu kejam, mengaitkannya dengan pembunuhan para Jenderal.

Karena pertanyaan dijawab secara langsung, maka jawaban dari murid banyak yang mirip dan sama dikarenakan ikut dengan pertanyaan murid yang ditanya terdahulu.
Saya tak ingin ikut-ikutan dengan jawaban yang sudah disampaikan oleh teman-teman. Dalam hati, saya mesti memberikan jawaban yang tak pernah terpikirkan oleh si Perwira Tentara berserta seluruh yang ada dalam ruang kelas ini.


Perwira Tentara (PT) : “ayo giliran kamu menjawab pertanyaan yang di papan tulis itu.”

Saya pun bangkit berdiri untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Saya : “mohon maaf, pak. Saya tidak tahu PKI itu apa terkecuali kepanjangan dari singkatannya.”

PT : “tapi kamu mendengar singkatan PKI itu dari mana dan siapa ?”

Saya : “dari salah seorang Guru yang bila dia marah maka akan menyebut murid yang dimarahi itu dengan sebutan PKI.”

PT : “namun setidaknya kamu sudah belajar dan membaca tentang sejarah PKI dari sejak SMP.”

Saya : “benar pak. Saya tetap saja tak tahu, karena saya tak mengerti apa itu yang dimaksud partai dan komunis.”

Mendengar jawaban saya ini, si PT tampak kesal. Ia kembali melanjutkan meminta saya menjawab pertanyaan berikutnya.

PT : “menurut kamu apakah PKI itu kejam ?”

Saya : “tak berani mengatakan PKI kejam, karena saya tak pernah melihat kekejamannya, sehingga tak dapat membuktikannya.”

PT : “dalam sejarah ditulis dan dicatat kekejaman PKI dengan membunuhi para Jenderal. Apakah itu bukan bukti bahwa PKI itu kejam ?”

Saya : “itu kata sejarah, pak. Yang jelas saya belum pernah ketemu PKI terkecuali orang-orang yang didamprat dan disebut PKI oleh Guru saya yang sedang marah.”

Sampai disini si PT berhenti menanyai, saya disuruh duduk. Ia berjalan mendekati Wali Kelas yang sedari tadi duduk dan diam menyimak. Si PT kemudian bercakap sambil berbisik ke Wali Kelas yang manggut-manggut. Entah apa yang mereka percakapkan, yang penting perasaan saya sudah lega seusai menjawab pertanyaan.

Menghabiskan waktu cukup lama untuk melakukan tanya jawab dengan lebih dari 50 murid. Murid kelas kami berhamburan keluar setelah usai tanya jawab dengan murid terakhir yang namanya berinisial Z. Si PT berpamitan ke Wali Kelas dan seluruh murid. Ia pun langsung pergi dengan mengendarai sepeda motor dinasnya.

Saya yang sejak di ruang kelas menahan haus dan lapar, berjalan menuju kantin di belakang sekolah. Tapi langkah saya tertahan oleh Wali Kelas yang meminta saya untuk segera mengikutinya ke kantor sekolah. Saya pun terpaksa menunda keinginan ke kantin.

Di kantor sekolah, saya didamprat ole Wali Kelas terkait jawaban saya di kelas tadi. Saya dianggap memalukan nama sekolah. Dan menurut si PT yang ia sampaikan kepada Wali Kelas kami, saya perlu dibina dan dibimbing menyangkut ideologi. Pembelaan saya terhadap masalah ini adalah, saya katakan kepada Wali Kelas, tugas saya di sekolah hanya belajar ilmu untuk bekal kelak bagi masa depan.