Orang pun kini dengan seenaknya saja bisa meniru percakapan orang lain yang dianggap keren, padahal belum tentu mengerti dan paham akan arti atau maksud dari ucapan atau kata-kata yang ditiru tersebut.
Seorang kenalan saya sebut saja namanya Gafar, menjadi kebingungan saat ditanya oleh kenalannya apakah di daerahnya ada orang yang mau jual truk seken. Gafar yang sehari-harinya berjualan Sembako ini, karena tak mengerti arti seken, menjawab saja tidak tahu. Ingin bertanya kepada lawan bicaranya Gafar malu jika ketahuan tak mengerti. “Kalau truk seken saya tidak tahu, tapi kalau yang jual truk bekas dipakai ada,” ujar Gafar menjawab lawan bicaranya.
Dari kenalannya itu Gafar pun mendapat penjelasan tentang arti kata seken itu yang diartikan dengan barang bekas. Gafar pun mengartikan kata seken ini sama dengan bekas. Menurut Gafar, jika seorang wanita sudah bercerai dari suaminya, maka wanita itu pun bisa disebut wanita seken.
Kata seken ini di daerah saya mulai sering dipakai untuk menyebut istilah ponsel yang dijual pemiliknya lalu oleh pembelinya dijual kembali ke pembeli lainnya. Kebanyakan dari mereka hanya tahu menyebut kata seken tanpa tahu dari mana kata itu berasal. Padahal kata tersebut jika merujuk kepada bekas dipakai; harus disebut lengkap, second hand atau berarti tangan kedua.
Second hand, berarti bekas dari “tangan pertama” yang menggunakan barang setelah dibeli dalam kondisi baru. Bila cuma menggunakan kata second (seken) saja tentu berbeda maksudnya. Dalam bahasa Inggris jika kita tulis second phone atau 2nd phone, berarti tentu ada first phone, third phone, fourth phone, dan selanjutnya.
Istilah seken ini jadilah untuk menyebut barang bekas meski barang tersebut sudah beberapa kali berpindah tangan, karena tentu tidak ada istilah many hands, misalnya many hands phone.
Terdapat kata lainnya dalam Bahasa Indonesia yang mengindikasikan pengertian bekas, yakni eks dan mantan. Untunglah belum ada yang memakai kedua kata tersebut untuk menyebut barang bekas misalnya; ponsel eks, atau ponsel mantan.