Warga di kota saya tetap berkegiatan seperti biasa. Mereka tetap berkerja mencari nafkah untuk keluarga mereka, tak terpengaruh oleh ribut-ribut para elite di ibukota. Kalaupun mereka menonton berita telepisi, baca koran, buka berita online, mereka kebanyakan memilih yang sifatnya menghibur.
Apalagi para ibu rumah tangga, jangan tanya soal berita perkembangan situasi di ibukota, mereka lebih piawai bicara sinetron apa saja yang lagi banyak diminati.
"Walah pak saya tahunya sinetron India, rame, para pemainnya ganteng-ganteng, ada jogetnya pula," ungkap Bu Eti yang mengaku malas nonton berita.
"Sampeyan ga tau kalo lagi rame ribut-ribut tentang Perppu Ormas ?"
"Halah pak, ora mudeng saya sama yang begituan, mending mikir cari duit biar hidup ga susah," jawab Bu Parsinem.
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang atau biasa disingkat PERPPU Ormas, yang bikin beberapa Partai Politik seperti Hanoman kebakaran buntut ini, ternyata tak menarik perhatian dan minat warga di kota kami. Padahal beritanya merebak nyaris tiap hari di media telepisi.
"PERPPU itu apa sih, untuk kepentingan siapa, ada duitnya tidak ?"
Itulah pertanyaan standar yang menjadi bagian dari warga kota kami.
Sebagian besar dari mereka bila ditanya apa itu Ormas saja banyak yang tak mengerti apalagi ditanya menjadi bagian atau anggota Ormas apa. Mereka tahunya majelis taklim yang rutin tiap bakda salat Jumat menggelar pembacaan surah Yasin di mushala kampung. Untunglah Pemerintah tak mengeluarkan PERPPU Majelis Taklim, yang bisa bikin warga kami kelabakan laksana dikejar kumpulan tawon.
Sebagian besar dari mereka bila ditanya apa itu Ormas saja banyak yang tak mengerti apalagi ditanya menjadi bagian atau anggota Ormas apa. Mereka tahunya majelis taklim yang rutin tiap bakda salat Jumat menggelar pembacaan surah Yasin di mushala kampung. Untunglah Pemerintah tak mengeluarkan PERPPU Majelis Taklim, yang bisa bikin warga kami kelabakan laksana dikejar kumpulan tawon.
Kalaupun ada warga kami yang ikutan bicara PERPPU, ini jumlahnya terbatas, dipastikan penggiat atau bagian dari Ormas yang kena imbas PERPPU. Atau sok-sokan jadi seorang pemerhati biar dikatakan intelek gitu, hehehe.......
"Acahay ba'apa manggaduhi urusan PERPPU nintu, baik tulak bacari duit gasan nukar baras supaya padaringan tatap ba'isi. Kadada untungnya jua gasan urang nang kaya kita naya urusan PERPPU nintu," ujar Amang Bakran yang adalah tukang cukur DPR alias Dibawah Pohon Rindang, hihihi......
Nah lho, apa kata warga kami, mereka cuek seperti bebek Alabio soal PERPPU ini, yang dianggap tak punya daya sentuh langsung ke urusan kehidupan rutin sehari-hari. Jadi ribut-ribut yang sering diberitakan media itu hanyalah untuk kepentingan orang atau kelompok tertentu saja.
Warga kami hanya akan ribut jika minyak tanah sulit dicari dan harganya mahal pula. Elpiji langka dan harganya pun diatas Harga Eceran Tertinggi, dipastikan warga pun mencak-mencak, itupun tetap sabar meski memaki-maki namun tak sampai anarkis. Ya gimana mau anarkis orang mencak-mencak dan memakinya pun di media sosial, hahaha.......
Sudahlah, ga usah ngomongi PERPPU lagi nanti dikira sejenis menu baru di warung seafood tepi jalan; yang bahannya adalah ikan kerapu, wkwkwkwk.......
Lebih baik bicara yang lain saja soal pemberdayaan ekonomi warga biar semua dapat meningkat penghasilannya, karena jika perut warga kenyang maka negeri pun aman.
Lebih baik bicara yang lain saja soal pemberdayaan ekonomi warga biar semua dapat meningkat penghasilannya, karena jika perut warga kenyang maka negeri pun aman.