Anda percaya Tuhan ? Dari mana Anda tahu Tuhan itu ada ? Apakah Anda pernah ketemu Tuhan ?
Pasti semua itu Anda peroleh dari 'katanya'. Yah, katanya, persis satu judul lagu dangdut yang dinyanyikan oleh seorang Penyanyi Dangdut Senior, Mansyur, S.
Pasti semua itu Anda peroleh dari 'katanya'. Yah, katanya, persis satu judul lagu dangdut yang dinyanyikan oleh seorang Penyanyi Dangdut Senior, Mansyur, S.
Kata para Pemuka Agama; Ulama, Ustad, Da'i, Ajengan, Pendeta, Pastur, Romo, Uskup, Rabi, Biksu, siapapun yang mengaku paham agama, dari mereka lah Anda, Kita, Saya tahu Tuhan itu ada meski tak pernah sekali pun ketemu sosok yang disebut Tuhan dengan banyak nama itu; Sang Hyang Widhi Wasa, Sang Hyang Wanang, Allah, Elohim, Yahweh, Yehova, Ahura Mazda, pokoknya yang disebut Causa Prima.
Para Pemuka Agama itu pun pasti berkata pula 'katanya' para Nabi, para Rasul, Kitab Suci, dan transkrip yang mengabarkan bahwa ada kekuatan yang Maha Dahsyat dibalik keberadaan alam semesta dan mengaturnya.
Nah, berarti Anda, Kita, Saya yang mengaku beragama dan percaya akan keberadaan Tuhan itu hanya berpegang pada 'katanya', katanya, dan katanya......
Soal percaya kepada Tuhan ternyata bukan ditentukan oleh seberapa pintar dan cerdasnya manusia, tapi soal keimanan. Jika kita percaya bahwa katanya Tuhan itu Maha Esa tiada sekutu bagiNya, maka ini soal keimanan dimana kita tak sekali pun pernah ketemu dan tahu kondisi Tuhan.
Dan jika ada yang percaya bahwa katanya Tuhan itu berinkarnasi ke manusia pilihan melalui perantara Roh Kudus, dan Tuhan itu tetap Maha Esa dalam Trinitas; ini pun soal keimanan. Ataupun Tuhan itu berwujud kepada 3 kekuatan; Brahma, Wisnu dan Syiwa, ini juga soal keimanan.
Kenapa Kita mesti memaksakan soal keimanan dan keyakinan seseorang atau orang lain terkait Tuhan padahal Kita sama-sama tak pernah ketemu Tuhan, dan sekali lagi cuma 'katanya' ?
Itulah Anda, Kita, Kami dan Saya yang dengan keyakinan dan keimanan masing-masing percaya dan yakin dengan 'katanya', bahkan tak sedikit yang dengan 'katanya' itu rela berkorban materi dan nyawa untuk mempertahankan 'katanya' eh maksud Saya keyakinan dan keimanannya.
Itulah Anda, Kita, Kami dan Saya yang dengan keyakinan dan keimanan masing-masing percaya dan yakin dengan 'katanya', bahkan tak sedikit yang dengan 'katanya' itu rela berkorban materi dan nyawa untuk mempertahankan 'katanya' eh maksud Saya keyakinan dan keimanannya.
Tapi kan meski cuma berawal dan bermodal 'katanya' ditelusuri dengan akal ? Dan
Apakah menurut Kita yang berbeda dengan Kita itu tak berakal, bahkan tak sedikit yang justru lebih pintar dan cerdas daripada Kita ?
Apakah menurut Kita yang berbeda dengan Kita itu tak berakal, bahkan tak sedikit yang justru lebih pintar dan cerdas daripada Kita ?
Ah sudahlah, Anda, Kita, Kami dan Saya sama saja; cuma 'katanya', dan selanjutnya percaya.......