Wilayah Kabupaten Kotabaru seluas 9.482,73 kilometer persegi (Bappeda, 9.422.46 km2) atau 24.475 persen (Bappeda, 25.11 persen) dari total wilayah Propinsi Kalsel; merupakan wilayah kabupaten terluas dari 13 kabupaten/kota di Propinsi Kalsel, terdiri dari 21 Kecamatan baik yang berada di daratan Pulau Kalimantan, di daratan Pulau Laut maupun di beberapa pulau yang jumlahnya ratusan.
Kabupaten yang di utara berbatasan dengan Propinsi Kaltim, sebelah timur Selat Makassar, sebelah selatan Laut Jawa, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten HSS, HST, Banjar dan Tanah Bumbu ini; disamping memiliki SDA berupa bahan mineral tambang yang cukup besar, juga wilayah perairan yang luas.
Dengan luas wilayah yang seperempat dari luas wilayah Propinsi Kalsel ini, Kotabaru tampaknya kesulitan membangun daerahnya meski kaya dengan berbagai SDA. Jika dibandingkan dengan beberapa kabupaten yang memekarkan diri dari Kotabaru seperti Kabupaten Paser, Penajam Paser Utara di Propinsi Kaltim dan Kabupaten Tanah Bumbu yang bertetangga dekat, Kabupaten Kotabaru telah tertinggal dalam segi pembangunan infrastruktur dan fasilitas publik lainnya.
Klaim keberhasilan oleh Bupati Kotabaru, Said Jafar yang mengadakan syukuran tahun ke 3 ia memimpin Kabupaten Kotabaru, pun menimbulkan banyak pertanyaan; keberhasilan apa saja ? Apakah keberhasilannya dapat menjadi Bupati di Kotabaru, ataukah keberhasilan yang turut dirasakan dan dinikmati oleh seluruh masyarakat Kotabaru.
Nyatanya masih bermunculan keluhan warga Kotabaru terkait pembangunan yang belum menyentuh seluruh pelosok. Misalkan saja belum tersedianya transportasi reguler bagi warga Kotabaru yang berada di pulau-pulau seperti Pulau Sembilan, Pulau Maradapan dan pulau-pulau sekitarnya. Selain itu masih adanya warga Kotabaru yang kesulitan berkomunikasi di era yang serba digital dan canggih ini; berjalan jauh dari rumah hanya untuk bisa memperoleh sinyal telpon seluler. Ditambah masih banyaknya infrastruktur jalan yang belum memadai yang menghubungkan antar kecamatan dan antar desa.
Janji hanyalah pernyataan pemberi harapan manis bagi warga, bila tak ditepati maka janji hanyalah seperti bualan kosong. Bupati Kotabaru, Said Jafar pada acara syukuran 3 tahun keberhasilannya, mengumbar janji akan menuntaskan jalan lingkar Pulau Laut, padahal ia sendiri pasti tahu kalau jalan dari ibukota Kabupaten Kotabaru yang menuju Kecamatan Pulau Laut Barat masih belum juga sepenuhnya mulus. Jalan dalam Kotabaru saja tetap sempit tak berubah sejak dulu. Pusat perkantoran Pemkab di Desa Sebelimbingan; tak juga rampung hingga kini, bahkan kas daerah pun sempat mengalami kekosongan, sehingga kini masih ada kontraktor yang belum menerima pembayaran sepenuhnya dari Pemkab Kotabaru.
Sebagai warga pastilah tak semua apriori dengan kondisi Kabupaten Kotabaru saat ini. Tak menutup mata dengan adanya pembangunan dan perubahan walah belum secara menyeluruh dirasakan oleh warga dan belum signifikan.
Visi dan misi pembangunan mestilah disusun terarah dan terukur serta terjadual, tidak dikerjakan secara acak adut. Lebih penting pelaksanaan pembangunan tak cuma jadi beban Kepala Daerah tapi oleh semua stakeholder; SKPD, perangkat di tingkat kecamatan dan desa, perusahaan serta masyarakat, karena hasil pembangunan nantinya akan dirasakan oleh semuanya bukan dirasakan oleh segelintir saja.
Dengan sisa masa jabatan kepala Daerah yang kurang dari 2 tahun lagi, seluruh warga Kabupaten Kotabaru pasti berharap banyak akan kemajuan pembangunan di daerahnya, bukan berdalih masa 5 tahun bukan waktu yang cukup untuk melakukan perubahan sehingga kembali minta pilih sebagai Kepala Daerah; ini merupakan alasan dan argumentasi politis yang klise untuk kembali berkuasa.
Akhirnya selamat menikmati keberhasilan sebagai Bupati Kotabaru, semoga keberhasilan tersebut ikut pula dirasakan oleh seluruh warga Kotabaru, karena keberhasilan itu tak cuma bisa diukur dengan Tugu Ikan Todak Kembar, Taman Siring Laut, Wisata Kuliner, Hutan Meranti dan Pantai Gedambaan. (Red)
Kabupaten yang di utara berbatasan dengan Propinsi Kaltim, sebelah timur Selat Makassar, sebelah selatan Laut Jawa, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten HSS, HST, Banjar dan Tanah Bumbu ini; disamping memiliki SDA berupa bahan mineral tambang yang cukup besar, juga wilayah perairan yang luas.
Dengan luas wilayah yang seperempat dari luas wilayah Propinsi Kalsel ini, Kotabaru tampaknya kesulitan membangun daerahnya meski kaya dengan berbagai SDA. Jika dibandingkan dengan beberapa kabupaten yang memekarkan diri dari Kotabaru seperti Kabupaten Paser, Penajam Paser Utara di Propinsi Kaltim dan Kabupaten Tanah Bumbu yang bertetangga dekat, Kabupaten Kotabaru telah tertinggal dalam segi pembangunan infrastruktur dan fasilitas publik lainnya.
Klaim keberhasilan oleh Bupati Kotabaru, Said Jafar yang mengadakan syukuran tahun ke 3 ia memimpin Kabupaten Kotabaru, pun menimbulkan banyak pertanyaan; keberhasilan apa saja ? Apakah keberhasilannya dapat menjadi Bupati di Kotabaru, ataukah keberhasilan yang turut dirasakan dan dinikmati oleh seluruh masyarakat Kotabaru.
Nyatanya masih bermunculan keluhan warga Kotabaru terkait pembangunan yang belum menyentuh seluruh pelosok. Misalkan saja belum tersedianya transportasi reguler bagi warga Kotabaru yang berada di pulau-pulau seperti Pulau Sembilan, Pulau Maradapan dan pulau-pulau sekitarnya. Selain itu masih adanya warga Kotabaru yang kesulitan berkomunikasi di era yang serba digital dan canggih ini; berjalan jauh dari rumah hanya untuk bisa memperoleh sinyal telpon seluler. Ditambah masih banyaknya infrastruktur jalan yang belum memadai yang menghubungkan antar kecamatan dan antar desa.
Janji hanyalah pernyataan pemberi harapan manis bagi warga, bila tak ditepati maka janji hanyalah seperti bualan kosong. Bupati Kotabaru, Said Jafar pada acara syukuran 3 tahun keberhasilannya, mengumbar janji akan menuntaskan jalan lingkar Pulau Laut, padahal ia sendiri pasti tahu kalau jalan dari ibukota Kabupaten Kotabaru yang menuju Kecamatan Pulau Laut Barat masih belum juga sepenuhnya mulus. Jalan dalam Kotabaru saja tetap sempit tak berubah sejak dulu. Pusat perkantoran Pemkab di Desa Sebelimbingan; tak juga rampung hingga kini, bahkan kas daerah pun sempat mengalami kekosongan, sehingga kini masih ada kontraktor yang belum menerima pembayaran sepenuhnya dari Pemkab Kotabaru.
Sebagai warga pastilah tak semua apriori dengan kondisi Kabupaten Kotabaru saat ini. Tak menutup mata dengan adanya pembangunan dan perubahan walah belum secara menyeluruh dirasakan oleh warga dan belum signifikan.
Visi dan misi pembangunan mestilah disusun terarah dan terukur serta terjadual, tidak dikerjakan secara acak adut. Lebih penting pelaksanaan pembangunan tak cuma jadi beban Kepala Daerah tapi oleh semua stakeholder; SKPD, perangkat di tingkat kecamatan dan desa, perusahaan serta masyarakat, karena hasil pembangunan nantinya akan dirasakan oleh semuanya bukan dirasakan oleh segelintir saja.
Dengan sisa masa jabatan kepala Daerah yang kurang dari 2 tahun lagi, seluruh warga Kabupaten Kotabaru pasti berharap banyak akan kemajuan pembangunan di daerahnya, bukan berdalih masa 5 tahun bukan waktu yang cukup untuk melakukan perubahan sehingga kembali minta pilih sebagai Kepala Daerah; ini merupakan alasan dan argumentasi politis yang klise untuk kembali berkuasa.
Akhirnya selamat menikmati keberhasilan sebagai Bupati Kotabaru, semoga keberhasilan tersebut ikut pula dirasakan oleh seluruh warga Kotabaru, karena keberhasilan itu tak cuma bisa diukur dengan Tugu Ikan Todak Kembar, Taman Siring Laut, Wisata Kuliner, Hutan Meranti dan Pantai Gedambaan. (Red)