![]() |
Courtesy : mediaindonesia |
"Saya akan mencoblos Caleg yang lebih banyak memberi duitnya ke saya."
Itulah beberapa ungkapan yang sangat sering kita dengar menjelang perhelatan seperti Pemilu, Pilpres, Pilkada bahkan Pilkades.
Itulah ungkapan dari masyarakat kita yang masih belum sadar dari penyakit "mata duitan" yang menjual hati nuraninya dengan nilai ratusan ribu rupiah.
Pemilih yang mata duitan seperti itu tak akan pernah bisa menghasilkan para pemimpin yang baik dan amanah. Tak akan pernah ada Wakil Rakyat yang benar-benar ikhlas berkerja jika mereka terpilih dari hasil menukarnya dengan hak pilih dari pemilih yang mata duitan.
Kebanyakan masyarakat kita memganggap menjual hak pilih itu sebagai rejeki nomplok yang jarang-jarang hanya ada dalam waktu 5 tahun. Mereka belum berpikir ke arah investasi; memilih pemimpin dan wakil rakyat dengan hati nurani bukan karena diberi uang, belum mereka anggap sebagai investasi masa depan yang secara tidak langsung akan membuat tatanan bernegara yang baik dan benar.
Seyogianya sebagai pemilih lah yang memberikan modal sebagai amanah kepada setiap calon pemimpin dan calon wakil rakyat, bukan malah membebani mereka dengan membuatnya mengeluarkan modal yang tak sedikit, sehingga begitu mereka terpilih maka hal yang pertama dalam pikiran mereka adalah bagaimana mengembalikan modal mereka semua, dan selanjutnya memikirkan bagaimana caranya modal tersebut bisa untung.
Jika untuk jadi pemimpin dan wakil rakyat di negeri ini ukurannya cuma seberapa banyak duit yang dimiliki, maka yang terjadi adalah; orang pandir yang kaya akan bisa jadi Kepala Desa, orang kaya yang pendidikannya tak jelas dapat menjadi Bupati, orang berduit yang usahanya dari tindak kejahatan bisa saja jadi Gubernur, bahkan orang kaya yang hartanya dari hasil KKN dan melanggar HAM bisa jadi Presiden, dan semua jenis orang itu pasti lah dapat menjadi wakil rakyat yang mewakili para rakyat yang mata duitan tentunya.
Okelah kalau kebanyakan kita memang masih berperilaku begitu, tapi ingat negara dan bangsa ini akan selamanya tak akan pernah memperoleh para pemimpin dan wakil rakyat yang benar dan amanah. (ISP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar singkat & padat.
Tak bernuansa SARA.
Tak membully.