Aku jengkel sangat.
Ini ceritaku saat di Kuala Lumpur (KL) Malaysia saat mengunjungi negeri Jiran itu untuk keperluan pelesiran.
Karena kehabisan rokok, aku keluar hotel yamg berlokasi di tengah kota KL untuk membeli rokok. Untunglah tak seberapa jauh dari hotel, berjalan kaki terdapat deretan kedai runcit (toko jualan macam-macam barang) yang menjual rokok. Aku menemukan kedai runcit yang menjual rokok produk Indonesia. Aku pun membelinya sebungkus. Harganya RM 15 atau sekitar Rp 50 ribu.
Selain mengantongi Rupiah, aku juga membawa Dollar Singapore cuma tak banyak, lagi pula aku sayang membelanjakan Dollar Singapore karena untuk oleh-oleh pulang.
Aku menyodorkan yang kertas Rp 100 ribu, masih baru, masih bau bank dan rapi karena disimpan di dompet berukuran panjang. Di Malaysia para pedagang tak mau menerima uang yang lecek dan terlipat-lipat, berbeda dengan orang kita yang memperlakukan duit sesukanya.
"Uang apa ini banyak sangat nol-nya ?" tanya pemilik kedai runcit dalam bahasa Melayu sambil mengamati uang kertas bergambar proklamator itu.
"Itu uang Indonesia, rupiah," jawabku.
"Sorry je, saya tak mau uang ini, kalau ada Ringgit Malaysia atau Dollar Singapore," ujar pemilik kedai mengembalikan uang rupiah saya.
Karena aku sangat menginginkan rokok, maka terpaksa saya membayarnya dengan uang kertas Sin $ 20 dengan perasaan kesal.
Pikirku pemilik kedai runcit itu sok banget dan menganggap remeh mata uang rupiah. Tapi sepanjang jalan kupikir ada benarnya pula si pemilik kedai runcit itu yang heran dengan mata uang yang banyak nol-nya.
Aku pun jadi teringat wacana pemerintah yang akan memangkas atau membuang 3 nol di belakang nominal uang rupiah, sehingga Rp 1 setara dengan Rp 1.000, Rp 10 sama dengan Rp 10 ribu, Rp 20 setara Rp 20.000, dan seterusnya sehingga bila kita pegang Rp 100 berarti setara Rp 100.000.
Nah, dengan pemangkasan 3 nol di belakang itu maka Rp 10 setara dengan Sin $ 1, Rp 17 senilai dengan USD 1, dan tentu saja ga malu-maluin pegang rupiah.
Eh, di HUT RI ke 75 ini pemerintah malah akan menerbitkan mata uang Rp 75.000 bukannya Rp 75.
Bukan menjadikan aku girang tapi kembali malu kalau suatu saat ke Malaysia lagi. (ISP)