SELAMAT DATANG DAN BERKUNJUNG DI ISP 68 BLOG
Maaf, Isteri Saya Sedang Shalat - ISP68

Xticker

Merangkai Kata Merajut Asa

Definition List

   # 

Minggu, 02 Maret 2014

Maaf, Isteri Saya Sedang Shalat


Ketika suatu hari saya mengunjungi seorang teman yang baru kenal, pintu rumahnya tertutup. Cukup lama baru saya dibukakan pintu oleh tuan rumah yang berkulit kuning, tampangnya dengan mata yang sipit. Kenalan baru saya ini memang keturunan dari ras yang mendiami daratan dimana terletak great wall atau tembok raksasa yang dibangun semasa Kaisar Shih Huang Tie berkuasa. 

“Maaf mas, menunggu cukup lama. Isteri saya tadi sedang shalat,” ungkapnya sambil mempersilakan masuk.

Saya pun tergelitik untuk mengetahui keyakinan/agama kenalan saya ini. 

“Apakah tadi kalian baru saja menyelesaikan shalat ashar berjamaah ?” tanyaku.
“Tidak, cuma isteri saya yang melaksanakan shalat, saya tidak ikut,” jawabnya.
“Kenapa anda tidak ikut ?” kejarku.
“Cuma isteri saya yang Muslim, saya menganut kepercayaan Konghu Chu,” balasnya.

Itulah pembicaraan pembuka kami setelah beberapa hari lalu berkenalan di kediaman seorang teman.


Kenalan saya ini pun bicara panjang lebar tentang pandangannya terhadap agama dan kepercayaan yang dianut sebagian besar manusia di bumi ini. Menurutnya kepercayaan yang dianutnya sebenarnya bukan agama, melainkan tuntunan hidup. Ia pun heran jika Konghu Chu di Indonesia disebut agama, sedangkan di tempat asalnya (Tiongkok) cuma sebagai tuntunan dan pandangan hidup yang disusun oleh orang bijak pada ribuan tahun lalu.
Dalam pandangannya, agama itu seperti jalan yang telah disediakan Tuhan untuk menuju dan mencapai suatu tujuan. 

“Kita lah yang akan memilih sendiri jalan apa dan mana, serta dengan cara apa mencapai tujuan itu,” ungkapnya.

Saya pun jadi teringat ayat dari surat Fatihah, “ikhdinas shiratal mustaqim”, tunjukkan kami jalan yang lurus. Ungkapan kenalan saya ini cukup logis.
Ia pun terus bicara mengenai ‘jalan Ilahiyah’ ini. Seseorang yang menuju tempat tujuan dengan naik alat transportasi darat, akan cerita apa yang dilihatnya selama dalam perjalanan ; pepohonan, pemukiman dan orang-orang yang dilewati, kendaraan yang berpapasan atau searah, pemandangan kanan kiri jalan, dan sebagainya, serta lamanya waktu perjalanan hingga tiba di tujuan.

Adapun seseorang yang menggunakan alat transportasi laut, naik kapal; cerita mengenai ombak yang kecil maupun besar, laut tak bertepi, burung-burung laut yang berterbangan, perahu dan kapal nelayan, atau kapal-kapal lain baik yang searah maupun yang tidak, dinginnya angin dan cuaca di laut, dan sebagainya, juga lamanya waktu yang ditempuh hingga sampai ke pelabuhan tujuan.
Sedangkan seseorang yang menggunakan pesawat terbang, ia pun akan bercerita hal-hal yang berbeda; melihat pemandangan dari atas pesawat, awan yang amat dekat, dan sebagainya, serta waktu perjalanan yang cukup singkat ke tempat tujuan.

“Banyak jalan menuju Roma. Itulah yang membuat kita mudah tersesat, dikarenakan banyaknya jalan yang menuju ke satu tujuan,” ujarnya berfilsafat.

Ada pula orang-orang yang disebabkan hal-hal tertentu memilih jalan yang berbeda dari kebanyakan orang; mengambil jalan pintas, membuat jalan sendiri, atau menggunakan alat angkut sendiri, atau berjalan kaki karena tak punya biaya cukup. Ada lagi mereka yang tak mengetahui tempat tujuan, namun ia sudah berada dan menempuh jalan yang benar, harus tanya sana sini selama dalam perjalanan kepada tiap orang yang ia temui, ia tidak ingin tersesat dan lama menempuh perjalanan.

Nah, nama jalan yang memiliki cabang dan gang itu, menurut kenalan saya itu antara lain; Islam, Kristen, Yahudi, Hindu, Budha, Zoroaster, Shinto, Sikh, Konghu Chu, Bahaisme, Ahmadiyah, Syi’ah, Mu’tazilah, Khawarij, Katholik, Protestan, Unitarian, Tantrayana, Mahayana, dan banyak yang tak mungkin dibuat daftarnya disini.

“Silakan anda pilih mau melewati jalan besar, jalan cabang, lewat gang keluar masuk gang, jalan pintas, atau mau bikin jalan baru (?)”