SELAMAT DATANG DAN BERKUNJUNG DI ISP 68 BLOG
Mendulang Rupiah Dari Kedok Sumbangan Tempat Ibadah - ISP68

Xticker

Merangkai Kata Merajut Asa

Definition List

   # 

Jumat, 21 Maret 2014

Mendulang Rupiah Dari Kedok Sumbangan Tempat Ibadah

courtesy : padangekspres.co.id

“Assalamu alaikum,” suara seorang wanita terdengar dari luar pintu rumahku yang tertutup separuh.
Aku yang sedang berkerja di depan laptop pun beranjak ke arah pintu seraya membalas salam.
“Ada apa, bu ?” Tanyaku.
“Mohon sumbangan untuk perbaikan surau,” jawab wanita setengah baya yang memakai jilbab sambil mengangsurkan sebundel kertas yang berisi daftar para penyumbang.
“Perbaikan surau dimana, bu ?” Tanyaku pula.
“Surau di RT 4 di lingkungan pasar induk,” balas wanita itu tanpa menatap ke arahku.


Aku mengernyitkan alis mendengar keterangan wanita itu, seingatku surau yang ia sebutkan itu adalah surau dimana selama ini aku sering berada di sekitarnya. Aku tak banyak bertanya, selembar uang Rp 5 ribuan aku angsurkan kepada wanita itu. “Tak perlu dicatat,” ujarku ketika wanita itu membuka daftar yang dibawanya bermaksud akan mencatat namaku di daftar tersebut.

Setelah mengucapkan terima kasih, wanita itu langsung ngeluyur pergi ke rumah lainnya.
Kupikir nanti aku akan tanyakan kepada pengelola surau yang dimaksud oleh wanita tadi, agar jelas apakah benar permintaan sumbangan itu untuk surau, atau cuma akal-akalan dan trik untuk mencari uang dengan cara yang enak tanpa mengeluarkan tenaga.


Niatku untuk menanyakan masalah pencarian sumbangan itu aku sampaikan kepada salah seorang pengelola surau. Menurutnya surau yang mereka kelola tidak pernah mencari maupun meminta sumbangan keluar lingkungan apalagi keluar daerah. “Kami tidak heran terkait permintaan sumbangan yang mengatas namakan surau yang kami kelola, bahkan hingga keluar daerah,” ungkap salah seorang pengelola surau itu.

Masih menurut pengelola surau, bukan hanya surau yang mereka kelola saja yang “dijual” pihak lain untuk menghasilkan uang dengan dalih minta bantuan untuk tempat ibadah. Beberapa surau lainnya hingga mesjid juga mereka manfaatkan untuk kepentingan pribadi. “Aktivitas itu sepertinya dikelola dengan baik oleh beberapa orang. Mereka itu bermodal; dengan mencetak foto-foto surau atau mesjid, juga memalsukan stempel Ketua RT hingga Desa/Kelurahan supaya seolah-olah kegiatan mereka itu mendapat persetujuan dan sepengetahuan pihak-pihak terkait,” terang beberapa warga dengan sangat kesal.

Yang perlu juga menjadi catatan dan perhatian adalah, mereka yang suka meminta sumbangan dengan dalih dan alasan terkait tempat ibadah, ada juga berdalih pesantren, panti asuhan hingga foto kopian ayat-ayat al qur’an, dilakukan oleh kebanyakan dari orang tertentu dari salah satu etnis terbesar di pulau Jawa yang dikenal religius.

Menjamurnya peminta sumbangan dengan dalih tempat ibadah dan sejenisnya itu di daerah kami, disebabkan oleh adanya aktivitas pertambangan batubara, dimana mereka beranggapan warganya cukup berduit dan sejahtera. Padahal tak semua warga daerah kami yang ikut berusaha di bidang yang punya keterkaitan dengan pertambangan.

Perihal peminta-minta ini sudah ke tingkat menjengkelkan warga, karena kegiatan mereka setiap hari, seolah mereka bekerja menggunakan shift (giliran) yang sudah ditentukan oleh seseorang yang bertindak sebagai pengelola.
Beberapa waktu lalu Satuan Polisi Pamong Praja bersama Dinas Sosial setempat sempat melakukan penertiban dan memulangkan para peminta-minta tersebut, namun mereka kembali dengan modus operandi baru.


Keberadaan para peminta-minta berkedok untuk tempat ibadah itu, ditambah para peminta sumbangan yang sengaja melakukannya di tengah jalan, di depan tempat ibadah. Hampir setiap tempat ibadah yang berada di tepi jalan umum di daerah kami, selalu terdapat para peminta sumbangan di depannya. Mereka sengaja membuat tanda agar setiap kendaraan yang melintas berjalan pelan dengan harapan melemparkan uang ke para peminta sumbangan. Selain itu mereka diperlengkapi dengan pengeras suara, mengimbau kepada setiap pengguna jalan yang lewat agar menyumbang. Padahal secara umum tindakan mereka itu telah mengganggu lalulintas.

Melihat kondisi demikian, selaku seorang Muslim saya merasa miris bila tak ingin disebut malu. Bagaimana tidak, seumur-umur saya belum pernah saya menemukan umat agama lain yang mencari sumbangan seperti umat Islam, padahal kita semua tahu umat Islam di negeri ini jumlahnya mayoritas. Sering saya bertanya dalam hati; sudah sangat menipisnya kah kepedulian tiap umat Islam untuk menyisihkan sedikit penghasilannya bagi tempat ibadah sehingga mesti didatangi ke rumah-rumah dan diseru dari tepi jalan ? Dan lebih memalukan lagi justru ada pihak yang mengatas namakan tempat ibadah; meminta sumbangan tapi untuk kepentingan pribadi. Sangat berani sekali pihak maupun orang seperti itu, seolah tidak takut dengan dosa dan azab Allah.