Menyimak berita mass media beberapa hari ini, terkait pemukulan oleh seorang anggota TNI berpangkat Kapten terhadap seorang Biker di jalanan, mengingatkan aku beberapa waktu lalu dengan seorang oknum TNI AD di kotaku, yang tindakannya kurang lebih, arogan terhadap warga biasa.
Sebut saja A juga, berpangkat Kopral Satu, pegang pistol pula. Kopral A ini seorang anggota Koramil di kota kecamatan kami. Setiap hari Kopral tersebut jarang masuk kantor. Kesibukannya setiap hari justru mengurusi usaha pertambangan batubara yang dikelolanya, aktivitas pertambangan ilegal.
Keseharian Kopral A adalah bolak balik antara rumah, lokasi tambang, dan SPBU (Stasiun Pompa Bahan Bakar untuk Umum).
Keberadaan Kopral A di SPBU setiap harinya untuk ikut membeli BBM (bersubsidi) dalam jumlah banyak untuk keperluan operasional alat berat (excavator) di lokasi tambang.
Suatu kali Kopral yang meski tidak ngantor tapi tetap berpakaian doreng lengkap ini, jengkel karena menanti giliran terlalu lama, sehingga meletuslah suara pistol jenis FN ke udara. Sontak warga yang banyak antri di SPBU pun kaget. Lebih dari itu sang Kopral sambil mengomel menendang puluhan jeriken milik warga yang sedang menanti giliran diisi.
Mengetahui tindakan sang Kopral yang sangat arogan itu, aku melakukan konfirmasi terhadap komandannya (Danramil) terkait tindakan apa yang akan diambil. Ternyata jawaban Danramil adalah, minta tolong agar tindakan anak buahnya itu dimaafkan, tidak untuk konsumsi pemberitaan media, serta berjanji akan melakukan pembinaan. Itu saja, selesai, mudah.
Ternyata biar bagaimana pun kesalahan yang dilakukan oleh anggota atau anak buah, pasti akan mereka bela, karena ini menyangkut nama baik korps secara keseluruhan.
Aku jadi teringat ada beberapa negara di dunia ini yang tak memiliki tentara. Seingat yang pernah aku baca, negara Kosta Rika dan Swiss, tak memiliki tentara.
Aku pun jadinya membayangkan andai Indonesia juga tak memiliki tentara, cukup kepolisian saja sebagai penjaga keamanan dan ketertiban. Lumayan besar anggaran negara bisa dihemat jika negara ini tak memiliki tentara.
Bagaimana jika suatu saat mendapat ancaman musuh dari luar ? Gampang, sewa saja tentara USA atau negara sekutunya yang doyan perang.
Atau kalaupun masih mau mempertahankan keberadaan tentara, sistem kontrak saja seperti halnya pekerja atau buruh pabrik. Dengan sistem kontrak, maka personil tentara yang dimiliki akan selalu fresh, tak seperti para anggota Koramil yang kebanyakan sudah loyo dan gendut.
Anggota tantara kontrakan yang sudah tidak fresh, dan tak sesuai dengan isi kontrak kerja, akan dengan mudah diberhentikan, bilamana perlu tanpa pesangon. Dengan begini dapat dipastikan kita akan memiliki personil tentara yang benar-benar profesional.
Korps tentara bisa kembali menjadi TKR alias Tentara Kontrakan Rakyat.
Sebut saja A juga, berpangkat Kopral Satu, pegang pistol pula. Kopral A ini seorang anggota Koramil di kota kecamatan kami. Setiap hari Kopral tersebut jarang masuk kantor. Kesibukannya setiap hari justru mengurusi usaha pertambangan batubara yang dikelolanya, aktivitas pertambangan ilegal.
Keseharian Kopral A adalah bolak balik antara rumah, lokasi tambang, dan SPBU (Stasiun Pompa Bahan Bakar untuk Umum).
Keberadaan Kopral A di SPBU setiap harinya untuk ikut membeli BBM (bersubsidi) dalam jumlah banyak untuk keperluan operasional alat berat (excavator) di lokasi tambang.
Suatu kali Kopral yang meski tidak ngantor tapi tetap berpakaian doreng lengkap ini, jengkel karena menanti giliran terlalu lama, sehingga meletuslah suara pistol jenis FN ke udara. Sontak warga yang banyak antri di SPBU pun kaget. Lebih dari itu sang Kopral sambil mengomel menendang puluhan jeriken milik warga yang sedang menanti giliran diisi.
Mengetahui tindakan sang Kopral yang sangat arogan itu, aku melakukan konfirmasi terhadap komandannya (Danramil) terkait tindakan apa yang akan diambil. Ternyata jawaban Danramil adalah, minta tolong agar tindakan anak buahnya itu dimaafkan, tidak untuk konsumsi pemberitaan media, serta berjanji akan melakukan pembinaan. Itu saja, selesai, mudah.
Ternyata biar bagaimana pun kesalahan yang dilakukan oleh anggota atau anak buah, pasti akan mereka bela, karena ini menyangkut nama baik korps secara keseluruhan.
Aku jadi teringat ada beberapa negara di dunia ini yang tak memiliki tentara. Seingat yang pernah aku baca, negara Kosta Rika dan Swiss, tak memiliki tentara.
Aku pun jadinya membayangkan andai Indonesia juga tak memiliki tentara, cukup kepolisian saja sebagai penjaga keamanan dan ketertiban. Lumayan besar anggaran negara bisa dihemat jika negara ini tak memiliki tentara.
Bagaimana jika suatu saat mendapat ancaman musuh dari luar ? Gampang, sewa saja tentara USA atau negara sekutunya yang doyan perang.
Atau kalaupun masih mau mempertahankan keberadaan tentara, sistem kontrak saja seperti halnya pekerja atau buruh pabrik. Dengan sistem kontrak, maka personil tentara yang dimiliki akan selalu fresh, tak seperti para anggota Koramil yang kebanyakan sudah loyo dan gendut.
Anggota tantara kontrakan yang sudah tidak fresh, dan tak sesuai dengan isi kontrak kerja, akan dengan mudah diberhentikan, bilamana perlu tanpa pesangon. Dengan begini dapat dipastikan kita akan memiliki personil tentara yang benar-benar profesional.
Korps tentara bisa kembali menjadi TKR alias Tentara Kontrakan Rakyat.