dr. Zairullah Azhar (courtesy : infocaleg) |
Selain incumbent Said Jafar yang saat ini sebagai Bupati Kotabaru, masih kuat untuk bisa kembali memenangkan Pilkada karena memiliki basis pendukung dan pemilih di luar kawasan daratan Pulau Laut; di kecamatan yang berada di kawasan Kelumpang dan Pamukan. Selain incumbent yang namanya mulai muncul adalah Ketua DPC PDIP Kabupaten Kotabaru, Zulkipli, AR yang juga merupakan penggiat pendidikan, juga terdapat nama Dulman, yang berlatar belakang Pengacara. Namun kedua nama ini jelas tak sepopuler Said Jafar yang namanya jelas-jelas sering disebut dikarenakan jabatannya sebagai Bupati yang setiap harinya menjadi objek pemberitaan media.
Kalaulah memang serius mencalonkan diri sebagai Cabup, kemungkinan nama Zairullah Azhar bisa menjadi saingan yang setara dengan Said Jafar. Mantan Bupati Tanah Bumbu ini mulai santer disebut-sebut akan mencalonkan diri di Pilkada Kotabaru 2020. Sejumlah pihak sudah menggadang-gadang Ketua DPW PKB Propinsi Kalsel yang terpilih kembali sebagai Caleg DPR RI Periode 2019-2024.
Disebutnya nama Zairullah Azhar ini pun menimbulkan sejumlah pertanyaan dan menjadi polemik di beberapa kalangan yang kurang dan tak mendukungnya juka benar-benar maju di Pilkada Kotabaru nanti. Menurut pihak yang tak setuju; Zairullah Azhar sebaiknya tetap fokus sebagai Anggota DPR RI, yang dapat berkiprah di Pusat untuk memperjuangkan Kalsel khususnya Kotabaru dan Tanah Bumbu, tak harus menjadi Bupati. Lagi pula Zairullah Azhar belum dilantik sebagai Anggota DPR RI malah sudah melirik posisi yang belum tentu ia raih, ini dianggap beberapa kalangan sebagai sikap yang kemaruk kekuasaan; istilahnya ia sama saja dengan mengharapkan hujan besar dari langit air tempayang ditumpahkan.
"Sebaiknya pak Zairullah Azhar tetap sebagai Anggota DPR RI, tak perlu mencalonkan Bupati Kotabaru, karena jika beliau kalau, maka habislah karier politik beliau," ujar H. Supiansyah, Politisi Senior di PDIP Kalsel suatu kali.
Kalau analisa penulis sendiri keinginan Zairullah Azhar untuk maju didorong oleh pihak-pihak yang berkeinginan masuk di kekuasaan birokrasi dengan berbagai kepentingan terselubung baik kepentingan pribadi maupun kepentingan kelompok.
Pihak-pihak ini hanya berpatokan kepada nama dan sosok Zairullah Azhar yang sempat menjadi Bupati Tanah Bumbu dan 2 kali terpilih sebagai Anggota DPR RI. Mereka mengira elektabilitas Zairullah Azhar masih relevan untuk dapat memenangkan Pilkada Kotabaru jika ia maju.
Perlu diingat oleh mereka yang ingin 'menyaung' Zairullah Azhar di Pilkada Kotabaru 2020 nanti; Zairullah Azhar awalnya dilantik sebagai Penjabat Bupati Tanah Bumbu pasca terbentuknya kabupaten itu dikarenakan ia ditunjuk bukan berkompetisi. Lalu terpilihnya Zairullah Azhar yang berpasangan dengan Abdul Hakim di Pilkada 2005 Tanah Bumbu, ini dikarenakan pada waktu itu warga Tanah Bumbu tak punya pilihan banyak apalagi sosok Zairullah Azhar yang lekat dengan penuntutan Kabupaten Tanah Bumbu, sehingga warga pun ingin balas budi dengan memilih Zairullah Azhar sebagai Bupati.
Ini tentu akan menjadi lain jika Zairullah Azhar berkompetisi di Pilkada Kotabaru. Warga Kotabaru mungkin akan mengingat bagaimana kegigihan seorang Zairullah Azhar yang memisahkan Tanah Bumbu dari kabupaten induknya Kotabaru, lalu ia kembali ingin menjadi Bupati Kotabaru ? Biar warga Kotabaru yang menjawabnya sendiri.
Dan warga Kotabaru tentu masih ingat kekalahan Zairullah Azhar dari Syahrani Mataya, Mantan Bupati Kotabaru 2 periode yang pada waktu itu Pemilihan Bupati dilakukan melalui DPRD. Nah ini suatu negatif poin bagi Zairullah Azhar jika ingin mencalon diKotabaru, dan bukan hal mustahil ia akan mengalami kekalahan lagi.
Dan satu hal pula yang perlu dan sangat perlu kiranya menjadi pertimbangan dan pemikiran para pihak yang mendorong Zairullah Azhar untuk maju di Pilkada Kotabaru 2020 nanti, yakni kerja seorang Bupati dan Wakilnya di Kotabaru di periode mendatang adalah bagaimana meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan memaksimalkan dan menoptimalkan SDM di Eksekutif untuk berkerja lebih giat. Selain itu pembangunan berbagai struktur dan infrastruktur terutama sarana transportasi yakni jalan di seluruh pelosok Kotabaru yang dananya tidaklah sedikit. Singkatnya untuk Kepala Daerah Kotabaru ke depannya adalah kerja, kerja dan kerja, jangan berharap dapat mengambil keuntungan seperti orang berdagang yang ingin mengembalikan modal karena nyaris seluruh SDA di Kabupaten Kotabaru telah dikuasai oleh perusahaan-perusahaan besar.
Akhirnya penulis hanya berharap, Zairullah Azhar untuk mengabdi kepada warga Kalsel khususnya Kotabaru; tidak harus menjadi Bupati tapi cukup sebagai Anggota DPR RI, dan di kawasan ini sejarah akan mencatat sosok seorang Zairullah Azhar sebagai politisi sekaligus birokrat handal. (ISP)